REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Setelah mengunjungi Jepang dan Korea Selatan, Menteri Pertahanan AS, James Mattis, tiba di Uni Emirat Arab (UEA), pada Sabtu (18/2). Kunjungan tersebut adalah kunjungan pertama Mattis ke Timur Tengah sebagai Menteri Pertahanan AS.
Di UEA, Mattis berencana untuk bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi, Syeikh Mohammed bin Zayed al-Nahayan, dan perwakilan Kedutaan Besar AS. Namun, Kementerian Pertahanan AS tidak membeberkan rincian agenda Mattis.
Di akhir Januari, Trump dan Syeikh Mohammed telah melakukan percakapan telepon. Gedung Putih mengatakan, keduanya membicarakan mengenai usulan dibentuknya zona aman untuk pengungsi Suriah yang terkena dampak konflik.
Mattis, yang merupakan purnawirawan jenderal marinir yang turut merencanakan perang AS melawan ISIS di Suriah dan Irak, bukan sosok asing bagi pemimpin-pemimpin Teluk Arab.
Mantan kepala U.S Central Command itu mengatakan Iran merupakan wilayah paling tidak stabil di Timur Tengah. Menurutnya, kebijakan-kebijakan Iran bertentangan dengan kepentingan negara lainnya.
Negara-negara Teluk Arab berharap pemerintahan Trump dapat meninjau dukungan Iran terhadap Suriah, Irak, Yaman, dan Lebanon. Iran juga mendukung syiah di Bahrain dan di provinsi timur Arab Saudi yang banyak memproduksi minyak.