REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Ribuan umat Katolik Roma melakukan unjuk rasa di Ibu Kota Filipina, Manila pada Sabtu (18/2). Ini merupakan unjuk rasa yang paling besar menentang pembunuhan ekstra-yudisial dan upaya pemerintah untuk menerapkan kembali hukuman mati bagi para pelaku kriminal.
Unjuk rasa yang bernama "Berjalan untuk Kehidupan" ini digerakkan oleh Catholic Bishops Conference of the Philippines (CBCP). Unjuk rasa dilakukan hanya sehari setelah gereja mengecam perang terhadap narkoba.
Presiden Catholic Bishops Conference of the Philippines (CBCP), Lingayen Dagupan Archbishop, Socrates Villegas mengatakan, pihaknya tak bisa membiarkan ini terus terjadi. Selain itu, saat ini jumlah pembunuh semakin meningkat.
"Sekarang, saat fajar tiba, kami sering menemukan jenazah di jalan-jalan atau di dekat tempat sampah. Padahal, saat fajar menyingsing merupakan saat kita memulai kehidupan baru yang lebih baik, namun sekarang saat fajar tiba hanya ada tangis dan kesedihan," kata Villegas seperti dilansir Japan Times, Sabtu, (18/2).
Villegas sangat tegas dan berani menentang kebijakan perang terhadap narkoba Duterte. Ia memperingatkan bahayanya pemerintahan teror di tengah komunitas miskin.
Uskup Agung Manila, Luis Antonio Cardinal Tagle menyerukan agar memperkuat dan mempromosikan budaya dan gerakan nonkekerasan. Saat ini, kata dia, sudah jelas di Filipina sedang disebarkan budaya kekerasan dan ini harus dihentikan.