Ahad 19 Feb 2017 23:22 WIB

Bersih-Bersih Masjid Istiqlal Cerminkan Toleransi

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berjabat tangan dengan para relawan saat meninjau proses membersihkan Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (19/2).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berjabat tangan dengan para relawan saat meninjau proses membersihkan Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (19/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegiatan pembersihan Masjid Istiqlal pada sisi lain mencerminkan toleransi umat beragama. Karena kegiatan ini melibatkan relawan dari beragam latar belakang, termasuk beragam agama.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin merasa bersyukur berkesempatan berkunjung dan melihat proses pembersihan Masjid Istiqlal yang sudah berlangsung sejak beberapa hari lalu. Pembersihan sendiri dilakukan hampir seluruh bagian bangunan Masjid Istiqlal, khususnya yang selama ini jarang dibersihkan. Ia juga bersyukur bertemu dengan mereka yang membantu membersihkan Masjid Istiqlal.

Relawan yang membersihkan Masjid Istiqlal adalah para pecinta alam yang punya keterampilan panjat tebing. Sehingga mereka sangat andal menjangkau tempat yang selama ini memang sulit dijangakau, terutama yang berada di ketinggian.

Bersama para relawan, Lukman juga sempat naik ke menara Masjid Istiqlal. "Cukup melelahkan karena tidak kurang dari 420 anak tangga yang harus dinaiki," kata Lukman di Masjid Istiqlal, Ahad (19/2).

Ia juga bersyukur, relawan yang membersihkan Masjid Istiqlal tak hanya para pecinta alam, ormas, organisasi profesi. Bahkan organisasi keagamaan selain Islam pun baik umat Kristiani, Hindu, Buddha, dan Konghuchu juga terlibat. "Mereka berpartisipasi untuk membersihkan Masjid Istiqlal. Semoga ini bisa ditradisikan sehingga secara reguler Masjid Istiqlal tetap terjaga tidak hanya fisik, tapi juga nilainya," tutur Lukman.

Dengan kata lain, bersih-bersih Masjid Istiqlal juga menyentuh toleransi. Hal ini patut disyukuri karena aksi bersih-bersih ini melibatkan umat lain. Tanpa diminta, mereka spontan membantu dan proaktif menyumbangkan tenaga dalam kegiatan ini. "Sesuatu yang patut kita apresiasi dan kita hargai," ungkap Lukman.

Menanggapi kabar intoleransi di Indonesia yang masih tinggi, Lukman menjelaskan Kemenag sudah melakukan beberapa hal. Pertama, memanfaatkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di pusat, provinsi, kabupaten, dan kota yang terdiri atas majelis perwakilan agama untuk bisa mendeteksi munculnya praktik intoleran.

Kemenag juga bekerja sama dengan ormas beragama untuk mengembangkan wawasan dan edukasi toleransi. "Apapun alasannya, intoleransi apalagi disertai tindakan destruksi akan merugikan dan menimbulkan persoalan di kemudian hari. Karena itu upaya menumbuhkan kesadaran itu terus dilakukan," ungkap Lukman.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement