REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA--- Kuba membangun masjid pertama. Masjid tersebut terletak di kota Havana dan disebut menjadi salah satu masjid terbesar di Amerika Latin.
Sejak 2015, pemerintah memutuskan bahwa umat Islam harus memiliki tempat ibadah seiring dengan meningkatnya populasi. Sebelumnya, untuk melaksanakan ibadah, Muslim melakukannya di ruang sebuah gedung di pusat kota Havana. Bukan hanya untuk shalat, di tempat ini juga Muslim belajar Alquran dalam bahasa Spanyol dan bahasa Arab.
Pemimpin Muslim paling berpengaruh di Kuba Pedro Lazo Torres, yang juga dikenal sebagai Imam Yahya, mengatakan, sebelum jumlah populasi umat Islam meningkat, shalat jamaah biasanya dilakukan di rumah seseorang. Namun, karena populasi Muslim terus bertambah, maka rumah sudah tidak bisa menampung dan shalat jamaah sering dilakukan di jalanan.
Torres yang saat ini juga menjabat sebagai presiden Liga Islam Kuba menjelaskan, lonjakan populasi Muslim di negara tersebut karena masuknya siswa dari Chad, Niger, Nigeria dan Rwanda. “Mayoritas Muslim Kuba merupakan mualaf. 99 persen dari Muslim Kuba yang masuk Islam tidak keturunan Arab," ujarnya seperti dilansir telesurtv.net (19/2).
Saat ini, terdapat 9.000 Muslim di Kuba dari keseluruhan penduduk Kuba yang berjumlah 11,3 juta orang. Walaupun merupakan minoritas, namun peningkatan jumlah muslim di Kuba naik secara siginifikan jika dibandingkan pada awal 1990an yang hanya berjumlah sekitar 12 orang.
Menurut profesor ilmu politik di Universitas Emory Atlanta, Michael Leo Owens, Partai Komunis telah membuat keputusan untuk membuka pluralitas agama. Hal ini membuat Islam secara alami akan tumbuh di Kuba.
Karena tidak ada warisan Islam di Kuba, kebanyakan Muslim di Kuba merupakan mualaf yang menemukan Islam setelah berdiskusi dengan siswa atau diplomat dari negara-negara mayoritas Muslim yang berkunjung ke negara tersebut.