REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mulai mengumpulkan sejumlah kementerian untuk menanggulangi penurunan harga gabah yang terus meluas di sejumlah daerah. Penurunan harga ini dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, dari pengecekan di lapangan memang ditemui bahwa harga gabah agak turun, dikarenakan situasi musim hujan yang sedang melanda sebagian besar wilayah indonesia. Padahal memasuki Februari ini, terdapat daerah penghasil beras yang bertepatan dengan musim panen.
"Jadi ada yang panen di musim hujan, harga gabahnya turun karena kadar air lebih tinggi dari biasanya," kata Darmin usai rapat internal bersama Presiden di Istana Negara, Senin (20/2). Dalam rapat kali ini terlihat Menteri Perdagangan, Menteri Keuangan, Menteri BUMN, Menteri Pertanian, dan Kepala Bulog.
Darmin menjelaskan, Presiden telah meminta kepada seluruh stakeholder terkait untuk mencarikan jalan agar harga gabah tidak anjlok terlalu jauh meskipun saat ini sedang musim hujan. Bahkan, Presiden telah meminta kalau bisa harga gabah ini tetap stabil meski curah hujan tinggi masih akan mengguyur dalam jangka waktu beberapa bulan ke depan.
Untuk meminimalisasi penurunan harga gabah, dibutuhkan gudang dan dryer (pengering gabah) yang cukup banyak. Gudang dan dryer ini bukannya tidak ada, tapi dengan terpaan hujan yang lebat dalam waktu singkat, maka banyak gabah yang harus panen dengan kadar air tinggi atau gabah yang sengaja di panen karena terendam maupun lahan sawahnya rusak diterpa angin.
Dengan kondisi ini, maka gudang dan drayer yang diharap bisa membuat mengeringkan gabah agar tidak memiliki kadar air tinggi sulit termaksimalkan. "Ada memang (gudang dan dryer), tapi nggak cukup karena momennya ini, waktunya pendek dan tinggi (curah hujan)," ungkap Darmin.
Meski demikian, Presiden tetap mengintruksikan agar persoalan harga jual gabah dari petani tetap bisa dicarikan solusinya, meski saat ini tengah musim hujan.