Senin 20 Feb 2017 18:10 WIB

Indonesia Hentikan Sementara Impor Daging Kerbau India

 Pedagang daging di Pasar Senen, Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pedagang daging di Pasar Senen, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia menghentikan sementara impor daging kerbau asal India sebagai tindak lanjut dari keputusan Mahkamah Konstitusi RI. Namun sejumlah pihak melihat penghentian ini tidak akan berlangsung lama.

Pekan lalu MK mengeluarkan keputusan yang menyatakan daging yang berasal dari negara yang mudah tertular penyakit mulut dan kaki (FMD) pada hewan, hanya boleh diimpor dalam situasi darurat. Menurut Ross Ainsworth, seorang konsultan ternak di Jakarta, menyebutkan sesuai informasi yang dia peroleh negara atau zona asal daging impor tersebut haruslah dinyatakan bebas penyakit FMD.

"Terkait dengan India, yang perlu kita lakukan adalah membuka situs World Organisation for Animal Health dan akan terlihat bahwa India bukan negara yang bebas sesuatu dengan ketentuan tersebut," jelas Dr Ainsworth kepada ABC Rural.

"Ada kekhawatiran mengenai kemungkinan penyebaran virus itu melalui daging beku," katanya.

"Meskipun jarang, hal itu pernah terjadi di bagian lain Asia. Namun dengan adanya jutaan ton produk yang dikirim dari India ke seluruh Asia Tenggara, dan minimnya kasus penyakit FMD yang dianggap sebagai akibat daging asal India tanpa pernah dibuktikan, maka risiko sebenarnya sangat rendah," papar Dr Ainsworth.

Dr Ainsworth mengatakan reaksi pemerintah RI terhadap keputusan MK tersebut sangat mengejutkan kalangan industri. "Saya tadinya berpikir bahwa pengadilan akan sependapat dengan pemerintah. Makanya saya kira mengejutkan dan orang berharap hal ini akan bisa diselesaikan," katanya.

Butuh Daging Murah

Meskipun pemerintah RI belum secara terbuka menanggapi keputusan MK tersebut, namun Dr Ainsworth percaya penghentian sementara ini tidak akan berlangsung lama. "Pemimpin politik di Indonesia menghendaki impor daging asal India ini. Dan mereka bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan. Makanya saya perkirakan mereka akan tetap melaksanakannya jika diperlukan," katanya.

"Pemerintah RI berniat menyediakan daging murah bagi rakyatnya dan saya tak menyalahkan hal itu," kata Dr Ainsworth. "Ini (daging asal India) setengah harga (dibanding daging sapi segar asal Australia)."

"Itu cukup memadai dilihat dari ukuran produk daging sapi kualitas rendah. Makanya saya tidak menyalahkan pemerintah yang ingin mendatangkannya, serta menurunkan harga bagi jutaan konsumen Indonesia yang tidak mampu membeli produk lebih mahal," ujarnya.

Meskipun larangan ini langsung berakibat pada penghentian impor daging kerbau asal India, namun Dr Ainsworth mengatakan hal itu tak akan langsung berpengaruh pada perdagangan ternak asal Australia. "Katakanlah semua pasokan daging asal India nantinya dilarang. Kita tetap harus menunggu semua daging itu habis di pasaran sebelum berdampak pada permintaan sapi Australia," katanya.

"Sehingga bisa jadi masih enam bulan atau lebih ke depannya," tambahnya.

Namun jika perdagangan daging kerbau asal India tetap berlangsung, Dr Ainsworth memperkirakan justru akan berdampak dramatis pada Australia. "Katakanlah daging asal India dibolehkan lagi untuk didatangkan, tampaknya berpotensi memenuhi sekitar 50 persen permintaan," katanya.

"Jadi, jika permintaan sapi Australia menurun hingga setengahnya dan kita selama ini mendatangkan sekitar 600.000 ekor, maka jumlahnya sekitar 300 ribu ekor setahun. Jika kasusnya sepefrti itu, tak akan jadi masalah besar bagi kawasan Australia utara saat ini karena memang jumlah ternak sedang menurun. Namun untuk masa depan mungkin dampaknya akan lebih serius," tambahnya.

Diterbitkan Pukul 11:00 AEST 17 Februari 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/bisnis-investasi/indonesia-hentikan-sementara-impor-daging-kerbau-beku-dari-india/8279544
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement