REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Perdana Menteri Malaysia Najib Razak pada Senin (20/2) mengatakan penyelidikan terhadap pembunuhan saudara seayah pemimpin Korea Utara, Kim Jong-nam akan berlangsung secara objektif. Razak menyatakan hal tersebut di tengah hubungan memanas antara Malaysia dengan Korea Utara.
Pada Ahad, Malaysia menarik pulang utusannya di Pyongyang dan memanggil duta besar Korea Utara di Kuala Lumpur. Sementara itu, Korea Utara mengaku skeptis atas keadilan penyelidikan oleh Malaysia.
"Kami tidak punya alasan untuk memperburuk citra Korea Utara dalam pembunuhan ini. Kami akan objektif," kata Najib.
Rekaman CCTV menunjukkan Kim Jong-nam diserang di bandar udara internasional Kuala Lumpur pada Senin pekan lalu oleh seorang perempuan, yang menyemprotkan cairan diduga racun ke wajah korban. Kim Jong-nam (46 tahun) selama ini tinggal di Makau di bawah perlindungan Beijing. Dia secara terbuka menentang kekuasaan keluarganya sendiri di Korea Utara.
Sementara itu, sejumlah anggota parlemen Korea Selatan pada pekan lalu menuding pemimpin tetangga di utara mereka, Kim Jong-un telah mengeluarkan surat perintah pembunuhan bagi saudara tirinya. Upaya serupa dipercaya pernah dilakukan pada 2012.
Kepolisian Malaysia saat ini tengah memburu empat warga Korea Utara yang keluar dari negara tersebut pada hari kejadian. Mereka telah menahan satu perempuan asal Indonesia, satu pria Malaysia, dan seorang perempuan Vietnam.
Setidak-tidaknya, tiga orang buron asal Korea Utara diketahui terbang ke Dubai dari Jakarta pada malam hari usai terjadinya peristiwa pembunuhan. Di sisi lain, Korea Utara meminta Malaysia tidak melakukan autopsi atas Kim Jong-nam dan bersikeras agar jasadnya dikembalikan ke negara asal.
Duta besar negara tersebut bahkan menuding Malaysia sengaja menunda proses pengembalian jenazah. "Untuk saat ini, kami tidak mempercayai penyelidikan oleh kepolisian Malaysia," kata duta besar Kang Chol kepada sejumlah wartawan setelah dipanggil oleh kementerian luar negeri Malaysia.
Dia bahkan mengatakan korban pembunuhan adalah Kim Chol, sesuai dengan identitas paspor yang ditemukan dari jenazah, dan mengusukan investigasi bersama antara pihaknya dengan pemerintah Malaysia. Kim Jong-nam diketahui pernah menggunakan dokumen perjalanan palsu pada masa lalu.
Di Korea Selatan, yang sangat peka terhadap berita dari tetangganya itu, Perdana Menteri Hwang Kyo-ahn mengatakan sudah hampir pasti dalang pembunuhan adalah Korea Utara. "Pembunuhan di tempat umum, di bandar udara internasional, negara asing adalah kejahatan tidak termaafkan dan tidak manusiawi. Ini membuktikan kekejian penguasa Korea Utara. Taktik terorisme rezim Korea Utara semakin ganas dan kita harus berhati-hati," kata Hwang kepada Dewan Keamanan Nasional.