REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengingatkan kepada DIY tentang tingginya pengangguran kelas tinggi karena lulusan S1 banyak yang menganggur. Jangan sampai terjadi inflasi lulusan Perguruan Tinggi jenjang S1 (sarjana).
"Saya pernah membicarakan hal ini kepada Ngarso Dalem (Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X) dan Walikota Yogyakarta bahwa DIY dan Kota Yogyakarta merupakan kota mahasiswa dan ini harus menjadi perhatian. Karena pendidikan di DIY khususnya perguruan tingginya terlalu tergeneralis. Ngarso Dalem juga menyampaikan bahwa di DIY pengangguran kelas tinggi,’’ tuturnya.
Menurut dia, lulusan S1 itu tanggung, kerja tidak bisa, karena tidak aplikatif. Sehingga kalau masuk kerja harus on job training lagi. Oleh Karena itu pendidikan vokasi itu harus diutamakan supaya link and match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.
Kalau perlu menggandung pengusaha dan dunia industri. Seharusnya, saran, dia pada waktu anak masuk SMA harus ditanya apakah mau sekolah kejuruan atau akan meneruskan ke Perguruan Tinggi, sehingga hal ini bisa menghemat peserta Ujian Nasional dan tidak semuanya harus ke perguruan tinggi, melainkan mengikuti vokasi saja dan mendapat sertifikasi. Sehingga betul-betul bisa menyerap tenaga kerja sesuai dengan skill-nya.
"Sekarang di UGM sudah ada pendidikan vokasi . Di Yogyakarta bisa menyelenggarakan vokasi di bidang kebudayaan, kalau di Bali ada vokasi di bidang kerajinan dan di Ambon ada vokasi kemaritiman dan itu pasti dibutuhkan," ujarnya.
Belum lama ini Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan dengan adanya WTO (Wolrd Trade Organizationl) sertifikasi profesi sangat penting dan hal itu diperoleh dari pendidikan vokasi (D1 atau D2). Karena itu DIY waktu HB X menerima kunjungan Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Belanda, dia berharap Pemerintah Belanda bisa membantu pendidikan vokasi di bidang pertanian, air bersih, heritage, dan lain-lain.