Selasa 21 Feb 2017 00:32 WIB

Militer Hentikan Operasi, Ratusan Suku Rohingya Kembali ke Myanmar

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Agus Yulianto
Muslim Rohingya wudhu sebelum shalat di  Kamp Pengungsi Leda di Teknaf dekat Cox Bazar, Bangladesh (Ilustrasi)
Foto: Reuters/Mohammad Ponir Hossain
Muslim Rohingya wudhu sebelum shalat di Kamp Pengungsi Leda di Teknaf dekat Cox Bazar, Bangladesh (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Ratusan suku Rohingya yang melarikan diri dari penyiksaan di Myanmar menuju Bangladesh, sekarang telah pulang ke rumahnya. Mereka pulang ke rumahnya untuk sementara saja guna menjemput keluarganya yang masih ketinggalan di Myanmar.

Puluhan ribu suku Rohingta telah meninggalkan perbatasan Myanmar dari Rakhine sejak dilaksanakan operasi militer untuk memusnahkan suku Rohingya yang dilakukan oleh militer. Kepala Pengungsi Rohingya Dudu Mia mengatakan, hampir 1.000 suku Rohingya kebanyakan laki-laki pulang ke rumahnya. Mereka mencari keluarganya yang ketinggalan saat melarikan diri.

"Para pria itu berharap bisa membawa keluarganya yang ketinggalan menuju Bangladesh. Ini sudah empat bulan dan mereka hampir tak pernah bicara kepada orangtuanya kembali ke rumah,"  kata Mia seperti dilansir Strait Times, Ahad, (19/2).

Seorang pejabat senior mengatakan, Myanmar saat ini, menghentikan operasi militernya di Rakhine. Ini mengakhiri kekerasan yang terjadi di Rakhine. PBB telah memperingatkan operasi militer di Myanmar merupakan kejahatan kemanusiaan.

Ratusan kelompok minoritas Muslim Rohingya meninggal akibat kekerasan di Rakhine. Sebanyak hampir 70 ribu melarikan diri ke Bangladesh sejak dilaksanakan kampanye militer untuk mencari militan yang menyerang polisi penjaga perbatasan Myanmar.

Pemerintah Bangladeshi memperkirakan terdapat 400 ribu pengungsi Rohingya sekarang tinggal di Bangladesh. Termasuk 70 ribu yang akhir-akhir ini datang.

Suku Rohingnya yang melarikan diri menceritakan, bagaimana pasukan keamanan Myanmad memperkosa, membunuh, dan menyiksa mereka. Selain itu juga membakar rumah-rumah suku Rohingya yang ada.

Seorang pemimpin suku Rohingya lainnya mengatakan, sejumlah pengungsi telah meninggalkan Bangladesh permanen karena rumah mereka tak dihancurkan oleh tentara Myanmar. Mereka harus pulang ke rumahnya untuk melindungi propertinya.

"Mereka meninggalkan rumahnya karena mereka panik. Mereka tak ingin menjadi pengemis di Bangladesh, mereka lebih baik hidup di rumahnya sendiri dan kembali bekerja di tanarnya."

Penjaga Perbatasan Bangladesh mengonfirmasi terdapat pengungsi Rohingya yang telah kembali ke rumahnya di Myanmar. "Puluhan suku Rohingya telah kembali ke rumahnya dalam beberapa hari ini," kata Komandan Lokal Bangladesh  Abujar al-Jahid.

Kebanyakan suku Rohingya yang tinggal di Bangladesh sekarang hidup dalam kondisi yang mengenaskan di tenda-tenda pengungsian di distrik Cox Bazar. Seperti dilansir South China Morning Post, Cox Bazar merupakan wilayah di pesisir yang penduduknya cukup padat. Di distrik tersebut telah ditinggali oleh lebih dari 230.000 pengungsi Rohingya.

Namun bagi suku Rohingya, Bangladesh sangat jauh dari tanah yang dijanjikan. Kehidupan mereka di sana begitu sulit dan serba kekurangan. Hingga saat ini, sangat sedikit bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Bangladesh. Bahkan bisa disebut tak ada bantuan dari Pemerintah Bangladesh.

Seorang pengungsi Rohingya Nur Begum (22 tahun) menggambarkan, bagaimana kejamnya tentara Myanmar saat menyerang rumahnya dan membunuh suaminya dan dua anaknya. Peristiwa mengerikan ini mendorongnya meninggalkan Rakhine menuju Bangladesh.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement