REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Sebuah gerakan perlawanan besar dari warga California ingin menolak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Keberhasilan Trump mengalahkan Hillary Clinton dalam pemilihan presiden AS beberapa waktu lalu dianggap sangat berpotensi untuk melancarkan agenda pribadi Trump.
Banyak politikus telah bersumpah untuk mengambil tindakan untuk memblokir atau memperlambat kebijakan Trump yang kontroversial pada isu-isu seperti imigrasi dan isu lingkungan. Tapi ternyata jaringan kelompok akar rumput juga sekarang dimobilisasi. Mereka dimobilisasi oleh gerakan Tea Party konservatif yang berdampak pada agenda politik.
Beberapa aktivis telah melakukan protes mereka langsung ke perwakilan lokal yang cukup mengganggu ketenangan pejabat. Mereka ingin diadakan pertemuan. Namun beberapa anggota Kongres sekarang membatalkan pertemuan tersebut.
"Saya bukan aktivis politik murni. Ini bukan sesuatu yang saya ingin lakukan, tapi saya merasa seperti harus melakukannya dan saya berpikir bahwa semua orang merasa seperti itu," kata Tia Tuenge, dikutip dari Sky News, Selasa (21/2).
Tia Tuenge adalah anggota dari Koalisi Westside untuk Kebebasan Amerika. Dia mengatakan semua orang merasa dalam bahaya dan harus mengambil tindakan. Selain itu Patty Sheaff, anggota lainnya juga menambahkan, dengan peresmian presiden Donald Trump, maka dapat memecah belah dan menghancurkan segala sesuatu yang menurut dia sangat berharga.
Gerakan kritik dari California tersebut berisiko pendanaan dari Gedung Putih untuk Caifornia akan dipotong. Namun hal itu tidak menyurutkan gerakan mereka. Perlawanan di California bahkan telah melahirkan pembicaraan 'Calexit'. Jika cukup tanda tangan yang dikumpulkan, warga negara akan memilih meninggalkan serikat pada tahun depan.
Seorang penulis politik di Los Angeles Times Seema Mehta, mengatakan mereka harus memiliki persetujuan dari negara-negara lain. Sementara California adalah negara dengan ekonomi terbesar keenam atau ketujuh di dunia.
"Jadi jika AS kehilangan California ini akan menjadi masalah besar, kehilangan Silicon Valley dan Hollywood, sisa negara tidak akan membiarkan kita pergi," katanya.