Selasa 21 Feb 2017 19:13 WIB

ASEAN tak Tenang karena Persenjataan Cina di Laut Sengketa

Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay.
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay.

REPUBLIKA.CO.ID, BORACAY -- Filipina pada Selasa (21/2) mengatakan negara Asia Tenggara memandang penempatan persenjataan Cina di Laut Cina Selatan sebagai hal mencemaskan dan ingin mencegah militerisasi serta mendesak pembicaraan untuk mencegah kejadian itu lebih jauh.

Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay mengatakan menteri luar negeri 10 negara anggota ASEAN sepakat dalam kekhawatiran mereka terkait pengurukan dan militerisasi sejumlah pulau oleh Beijing. Yasay tidak menyebutkan perkembangan pemicu kekhawatiran itu, namun mengatakan ASEAN berharap Cina dan AS memastikan perdamaian dan ketenangan.

"Anggota ASEAN sepakat dalam pandangan kekhawatiran mereka terhadap yang mereka pandang sebagai militerisasi wilayah," kata Yasay kepada wartawan di pulau Boracay, Filipina.

Filipina adalah pemimpin kelompok negara itu untuk tahun ini dan menjadi tuan rumah pertemuan tahunannya, yang juga akan diikuti beberapa pihak dari luar, seperti, Cina dan Amerika Serikat. Dengnan mengacu kepada sejumlah pulau buatan Cina, Yasay menambahkan, "Mereka mengetahui, khawatir Cina menempatkan sejumlah persenjataan di sarana itu, yang mereka dirikan, dan menyampaikan kekhawatiran besar akan hal tersebut."

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Cina atas perdagangan dan wilayah di bawah Presiden AS Donald Trump telah memicu kekhawatiran Laut Cina Selatan dapat menjadi sebuah titik nyala, dengan banyak perekonomian di Asia Tenggara bergantung kepada dua pihak itu.

Cina mengklaim sebagian besar perairan itu, yang dilewati oleh kapal-kapal perdagangan senilai sekitar lima triliun dolar Amerika tiap tahunnya. Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim yang bertabrakan.

Cina pada Jumat menyelesaikan simulasi perang yang melibatkan kapal induknya, yang membuat negara tetangganya khawatir. Angkatan laut AS pada Sabtu mengatakan kelompok serbu kapal induk mereka telah memulai patroli rutin di Laut China Selatan.

Pada tiga hari sebelumnya Cina mengeluarkan peringatan terhadap kegiatan itu, menyusul adanya insiden awal Februari ini saat sebuah pesawat P-3 milik Angkatan Laut AS dan sebuah pesawat militer Cina bertemu di atas Laut Cina Selatan. Yasay mengatakan sejumlah negara ASEAN memandang kebijakan-kebijakan di bawah Trump masih "berkembang" namun berharap dia akan mengungkapnya dalam beberapa bulan ke depan untuk memberikan gambaran yang lebih konkret dan jelas, terutama terkait Cina.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement