REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah buku anak-anak berjudul Aku Belajar Mengendalikan Diri yang memuat materi pendidikan seksual menjadi bahan kontroversi. Psikolog anak dan keluarga menganggap buku tersebut tidak tepat sasaran.
Foto beberapa halaman dari buku berjudul Aku Belajar Mengendalikan Diri serial Aku Berani Tidur Sendiri, yang diterbitkan oleh Penerbit Tiga Serangkai ini telah menyebar di seluruh media sosial sejak Senin (20/2).
Salah satu halaman pada buku itu misalnya, menuliskan "Menit demi menit berlalu dan mataku masih tak bisa terpejam. Aku menyilangkan kakiku kuat-kuat pada guling. Iseng-iseng aku menggerakkan tubuhku naik turun. Eh, ternyata asik juga rasanya. Jantungku berdebar tapi aku senang."
Sejumlah pihak menganggap buku ini berbahaya dan dapat menjerumuskan anak-anak pada penyimpangan seksual. Buku Aku Belajar Mengendalikan Diri ditulis oleh Fita Chakra, yang sebelumnya juga telah menulis beberapa buku pendidikan untuk anak-anak terkait isu perkembangan fisik dan emosional.
Psikolog anak dan keluarga, Vera Itabiliana, berpendapat, meski penting untuk mengajarkan anak-anak tentang seksualitas di usia dini, buku itu sudah menargetkan pembaca yang salah. Untuk isu ini, kata Vera, akan lebih baik jika buku itu dibuat khusus untuk orang tua sebagai panduan mendidik anak.
"Anda tidak harus membaca buku ini bersama dengan anak-anak Anda. Karena meskipun perilaku ini cukup umum di antara anak-anak berusia antara lima dan enam tahun, Anda tidak bisa menggeneralisasi tren itu. Beberapa anak lain tidak melakukannya," kata Vera.
Ketika materi itu dimasukkan ke dalam sebuah buku dan setiap anak bisa membacanya, Vera menjelaskan, anak-anak yang bahkan tidak tahu akan merasa penasaran dan mencoba. Ini bukan pertama kalinya sebuah buku bertema pendidikan seksual menimbulkan kontroversi di Indonesia. Pada Februari 2015, sebuah buku berjudul Saatnya Aku Belajar Pacaran karangan Toge Aprilianto dituduh mempromosikan aktivitas seksual untuk remaja.