REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Banyak cerita dari para petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) saat mengevakuasi warga Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur yang menjadi korban banjir. Suka dan duka mereka hadapi, sampai nyawa pun menjadi taruhannya.
Dalijan (42 tahun) salah seorang pasukan oranye yang bertugas saat evakuasi warga di Rw 03 Rt 12, Senin (20/2) kemarin. Rasa takut dengan arus kali Sunter yang deras ia kalahkan demi tugas kemanusiaan menolong para warga yang terendam banjir hingga 2,5 meter itu. Menggunakan perahu karet dan tambang ia menolong satu persatu warga Rt 12 Rw 03, Cipinang Melayu.
"Banyak cerita kemarin, salah satunya ada anak kecil umur satu tahun yang sakit panas, tidak tega juga pas menolongnya," ungkap Dalijan saat berbincang dengan Republika, Rabu (22/2).
"Saya juga harus tetap menjaga keselamatan, menggunakan rompi dan tambang untuk menarik warga supaya saya juga ga ikut hanyut, soalnya kaki saja enggak bisa napak loh kemarin," tuturnya sambil tertawa.
Selain itu, sambung Dalijan, adapula warga yang tidak sabar saat dievakuasi. "Jadi dia ga sabar gitu, main nyamperin perahu harusnya kan pegang tambang dulu, akhirnya nyemplung lah dia, untung tidak hanyut," jelasnya.
Cerita lainnya dari Syarif (27), saat mengevakuasi seorang nenek, ia harus berenang melawan arus demi menyelamatkan nenek yang tersangkut tali tambang saat berada di atas perahu. "Jadi si neneknya kesangkut lehernya pas di atas perahu. Padahal udah kami ingetin jadinya dia kecebur," terangnya.
Menurut Daijan, banjir yang terjadi di wilayah Cipinang Melayu merupakan kondisi alam lantaran belum dinormalisasinya Kali Sunter. "Itu kali belum dibetulin semua masih banyak, penyempitan rumah masih banyak. Bukan salah seseorang banjir ini," kata Daijan.
Sebanyak 82 petugas PPSU Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, dikerahkan untuk membantu pembersiha rumah warga RW 03 dan RW 04 yang sempat tergenang luapan Kali Sunter.
Lurah Cipinang Melayu, Angga Sastra Amijaya mengatakan, air mulai surut sejak Selasa (21/2), sekitar pukul 17.00 WIB. Secara bertahap ketinggian air terus menyurut hingga benar-benar tuntas sekitar pukul 05.00 Rabu (22/2) dinihari tadi.
"Sejak pagi semua petugas kami kerahkan untuk membantu membersihkan lingkungan dan rumah warga," katanya.
Dijelaskan Angga, genangan sudah tidak ada sama sekali di permukiman warga. Bahkan, titik terendah di RT 04/04 pun sudah tidak tergenang.
"Kalau di RT 04 sudah sama ketinggiaang dengan saluran. Hanya aliran listrik yang belum dipulihkan," tandasnya.