REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertambahan pemeluk agama Islam yang semakin pesat, mendapat perhatian serius dari Pemerintah Irlandia. Sebab, akan ada dampak tertentu dari pertambahan itu.
Bagi umat Muslim setempat, kata Idris Tawfiq, kolomnis asal Inggris, peningkatan kuantitas (jumlah) umat Islam ini, tentu menjadi berkah dan perlu disambut dengan hangat. Sementara dari sudut pandang pemerintahan, adanya perkembangan ini harus disikapi secara bijak mengingat umat Muslim sudah menjadi komunitas yang penting.
Sebaliknya, bagi non-Muslim, mereka merasa ada problem serius yang harus dihadapi terkait dengan peningkatan angka imigran Muslim ini. Selama ini, umat Muslim di Irlandia dikenal sebagai kalangan moderat yang terbukti telah mampu berintegrasi ke dalam kehidupan masyarakat setempat. Namun, tidak terhindarkan ketika telah semakin banyak jumlah yang datang, dari beragam latar belakang pula, mulai muncul benih-benih sikap Islamophobia.
Pada perkembangannya, kebencian berubah menjadi serangan fisik dan verbal. Pihak keamanan mencatat peningkatan kasus kekerasan berlatar sektarian. Belum lagi liputan sejumlah media yang terkesan memojokkan umat Muslim, sehingga kerap memancing perselisihan.
Serupa pula dengan yang timbul di negara lain, baik di Eropa, Amerika, atau Kanada, beberapa tahun belakangan semakin banyak politisi yang menghujat kalangan Muslim demi tujuan tertentu. Tawfiq pun melihat persoalan ini harus disikapi secara elegan oleh umat Muslim.
Dia berpendapat, sejak mendapat pengakuan secara resmi dalam konstitusi negara pada 1973, umat Muslim Irlandia sudah berkomitmen untuk berkontribusi lebih luas bagi negara.
''Kesempatan inilah yang harus terus memacu semangat umat Muslim untuk tidak menyerah pada tekanan apa pun, umat harus terus berusaha memberikan peran-peran positif di berbagai bidang untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama anugerah bagi semua,'' dia menandaskan.