REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mewanti-wanti pemerintah untuk mengantisipasi kenaikan tingkat inflasi akibat banjir di sejumlah daerah di Indonesia. Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan bahwa banjir yang terjadi, di Jawa bagian utara misalnya, bisa berimbas pada masa panen sejumlah bahan pangan.
Sejak awal tahun, BI sudah memberikan masukan kepada pemerintah untuk menjaga inflasi dari sisi volatile foods atau harga bahan pangan yang bergejolak. Apalagi, dari sisi administered prices atau harga yang ditentukan pemerintah sudah pasti ada sumbangan untuk inflasi. Seperti diketahu, tarif listrik golongan daya 900 Volt Ampere (VA) mengalami penyesuaian akibat pengalihan subsidi listrik tahun ini. Langkah satu-satunya yang bisa dilakukan, lanjut Agus, adalah menjaga inflasi dari sisi volatile foods.
"Jadi kita harus menjaga kalau ada kondisi alam yang membuat misalnya volatile foods tidak terjaga panennya. Dan misalnya ada masalah di distribusi atau jalur jalan. Itu juga bisa berdampak," ujar Agus usai mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (22/2).
Agus menambahkan, pemerintah daerah juga memiliki peranan untuk mengendalikan inflasi di daerah. Paling tidak, menurutnya, Indeks Harga Konsumen (IHK) tetap bisa terjaga apabila harga bahan pokok di daerah bisa ikut terkendali.
"Dan ini harus direspons dengan volatile foods dijaga agar rendah sehingga IHK bisa sesuai tatget," katanya.
BI juga memprediksi tingkat inflasi bulan Februari ini mengalami penurunan dibanding Januari 2017. Gubernur BI Agus Martowardojo menyebutkan, survei teranyar BI pada pekan ketiga Februari menunjukkan angka inflasi sebesar 0,35 persen (month to month). Angka ini lebih kecil daripada raihan inflasi Januari sebesar 0,97 persen.
Baca juga, Inflasi Februari Diproyeksi Turun