REPUBLIKA.CO.ID, BRISBANE -- Benjamin Franklin, salah satu founding fathers Amerika, pernah berkata, ”Distrust and caution are the parents of security.” Curiga dan berhati-hati adalah induk dari rasa keamanan. Namun demikian, bila curiganya terlalu akut, boleh jadi malah jadi sumber petaka bagi banyak orang, sebagaimana kebijakan politik Presiden AS, Donald Trump terkait imigrasi, khususnya kepada Muslim dari tujuh negara.
Dampaknya, dikhawatirkan phobia Islam justru meningkat. Sebagaimana dilaporkan oleh Reuters, dua tahun sebelum Trump menjabat, bentuk-bentuk intoleransi baik berupa pelecehan verbal maupun serangan fisik kepada Muslim maupun tempat ibadah umat Islam di Amerika Serikat tercatat berturut-turut sekitar 20 dan 22 kasus. Setelah Trump naik meloncak menjadi 78 kasus. Dampak buruk ini dikhawatirkan menyebar tidak hanya di AS saja, tapi juga di seantero dunia, khususnya di kalangan Barat.
Untuk turut meredakan “kecurigaan tanpa dasar” ini, Griffith University Muslim Students Association (GUMSA) menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Hijab Experience: Give It a Try”. “Ini bagian dari dakwah agar non-Muslim di Australia ini bisa merasakan sendiri kedekatan dengan para Muslimah. Sekaligus memberikan kesempatan dan memenuhi rasa ingin tahu mereka, bagaimana bila mereka sendiri yang berhijab,” papar Presiden GUMSA, M. Luthfi Hamidi dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (22/2/2017).
Lutfi menambahkan, penyelenggaraan acara ini mengikuti Market Day, minggu pertama pengenalan kampus Griffith University, di kampus Nathan, Brisbane, Australia, Selasa, (21/2/2017).
Acara itu dipandu oleh Sabrina Islam (mahasiswa PhD School Humanities), Safa Riaz (mahasiswa PhD School of Business), dan Mumta Hena Mustary (mahasiswa PhD School of Natural Science). “Saya tidak mengira, pengunjung sangat antusias dan sabar mengantre, padahal cuacanya agak panas,” ujar Sabrina.
Acara yang semula cuma dijadwalkan berlangsung sejam dari pukul 10.30 pagi waktu Brisbane hingga 11.30 siang, molor hingga kira-kira pukul 13.30. “Banyak di antara mereka yang memberikan komentar positif dan senang. Lebih penting lagi, mereka banyak yang kemudian paham, berhijab adalah masalah pilihan, bukan penindasan kepada wanita,” paparnya lagi.
Caitlin Samson, salah seorang peserta mengaku mendapat pengalaman baru. “More pins then expected, but surprisingly comfort (banyak penitinya, tapi ternyata nyaman),” ujarnya sambil meminta teman-temannya yang lain untuk ber-selfi. “Very pretty,” ujar Mary Ann Almasan girang. “Pretty and is quite an art (Tambah cantik dan berkelas),” imbuh Lisa Mane Pithcer.
GUMSA adalah organisasi di lingkungan Universitas Griffith yang memasilitasi mahasiswa Muslim menjalanakan shalat lima waktu dan kegiatan keagamaan lainnya. Di antara program yang pernah dilakukan adalah Understanding Islam Competition. Para mahasiswa non-Muslim diundang untuk menjawab berbagai pertanyaan dasar tentang Islam, di mana masing-masing sudah diberikan buku panduan tentang Islam.