REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada Jumat (17/2), SMP Cendekia Baznas telah menutup pendaftaran untuk siswa angkatan pertama. Sungguh mengejutkan, bahwa jumlah pendaftar ternyata mendekati angka 120 orang, padahal hanya 60 orang saja yang akan diterima.
"Hal yang menarik adalah hanya sedikit yang mendaftarkan sendiri anaknya. Mayoritas peserta didaftarkan karena kepedulian orang di sekitar mereka. Terutama guru mereka di sekolah. Tetangga bahkan mahasiswa juga menjadi bagian orang yang berkenan meluangkan waktu untuk membantu mendaftarkan dan mengirimkan berkas," kata Sri Nurhidaya, Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan dan Pesantren Baznas, kepada Republika.co.id, Kamis (23/2).
Menurut Sri, sosial media menjadi sumber utama informasi, namun saat media online yang terpercaya memberitakannya, maka kepercayaan akan validitas informasi menjadi bertambah. SMP Cendekia Baznas, juga mengalami hal ini. Informasi SMP Cendekia yang dimuat Republika online pada 18 Januari lalu (http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/17/01/18/ojzftk257-smp-cendekia-baznas-buka-penerimaan-bagi-siswa-yatim-dhuafa) sangat membantu penyebarannya.
Bagi SMP Cendekia Baznas, kata Sri, selain pekerjaan rumah melaksanakan proses seleksi, ada hal lain yang mendesak. Menurutnya, pascapenutupan pendaftaran siswa, masih banyak masyarakat yang ingin mendaftarkan adik-adik yatim dan dhuafa untuk melanjutkan sekolah.
Admin SMP Cendekia Baznas, saat ini, mencoba menginfokan beasiswa yang ada, seperti Beasiswa CIMSA 2017. Namun, ini jelas tidak cukup. Pada periode tahun 2015-2016, terdapat sekitar 946.013 siswa lulus SD yang ternyata tidak mampu melanjutkan ke tingkat menengah (SMP).
Hal ini diperparah dengan data 51.541 orang jumlah siswa yang melanjutkan pendidikan ke SMP ternyata tidak lulus. Artinya, ada 997.445 orang anak Indonesia yang hanya berijazah SD di tahun 2015 hingga tahun 2016. Sebuah pekerjaan rumah yang tidak ringan. "Sungguh kepedulian kita menjadi jalan bagi masa depan Indonesia yang lebih baik," ujarnya.