REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Politikus anti-Islam Belanda Geert Wilders menunda seluruh kampanye publik untuk pemilihan parlemen bulan depan karena khawatir dengan keselamatannya.
"Berita yang sangat mengejutkan. PVV (Partai Kebebasan) menghentikan sementara seluruh kegiatan publik hingga seluruh fakta terkait penyelidikan korupsi diketahui," kata Wilders di Twitter.
Dilansir dari The Guardian, Kamis (23/2), media Belanda melaporkan pekan ini tim keamanan polisi yang mengawal Wilders ditahan karena diduga membocorkan keberadaan Wilders kepada geng kriminal Belanda-Maroko.
Harian Algemeen Dagblad melaporkan pada Kamis, petugas tersebut dan kakak prianya pernah diselidiki terkait bocornya informasi penting itu. Keduanya merupakan mantan anggota polisi Utrecht.
Pasukan keamanan DBB bertanggung jawab atas keselamatan keluarga kerajaan, diplomat dan politikus tingkat tinggi. DBB mengatakan petugas bernama Faris K yang berasal dari Maroko bukan salah satu pengawal Wilders. Faris dilepaskan pada Kamis, namun diskors karena penyelidikan.
Program Wilders termasuk melarang penjualan Alquran, menutup masjid dan sekolah Islam, menutup perbatasan Belanda dan melarang migran Muslim. Dia berada dalam perlindungan polisi 24 jam selama lebih dari 10 tahun menyusul ancaman pembunuhan.
Desember lalu Wilders dinyatakan bersalah atas diskriminasi terhadap warga Belanda keturunan Maroko. Dia menyebut orang Maroko begundal yang membuat jalanan tidak aman.
Menteri Kehakiman Belanda Stef Blok bersikeras politikus Belanda bisa melakukan kampanye dengan aman di jalanan. Dia mengatakan dugaan kebocoran informasi itu tidak membahayakan siapa pun.