REPUBLIKA.CO.ID,BEKASI -- Pengamat Kebijakan Publik dari Univesitas Islam '45 (Unisma) Bekasi, Adi Susila, menilai Pilkada Kabupaten Bekasi 2017 masih bercorak elitis dengan ciri pemilih tradisional. Angka golput sebagian besar disumbang oleh pemilih perkotaan.
Data KPU Kabupaten Bekasi menunjukkan angka partisipasi pemilih 60,9 persen dari target KPU RI 77,5 persen. Partisipasi pemilih perempuan berada di angka 62,9 persen, sedangkan pemilih laki-laki hanya 58,6 persen. Tingkat partisipasi difabel juga relatif rendah, hanya 35,7 persen.
Dari jumlah pemilih difabilitas 896 orang se-Kabupaten Bekasi, hanya 320 orang yang menggunakan hak pilih. Total suara sah dalam Pilkada Kabupaten Bekasi sebanyak 1.184.250 dari 1.974.831 jiwa Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilkada Kabupaten Bekasi. Jumlah TPS ada 3958 unit tersebar di 23 kecamatan.
"Partisipasi yang rendah, menurut saya, disumbang oleh rendahnya partisipasi pemilih perkotaan. Hal ini karena mungkin kandidat yang ada tidak mampu menarik perhatian mereka," kata Adi Susila, kepada Republika.co.id, Jumat (24/2).
Partisipasi pemilih Pilkada Kab Bekasi 2017 adalah yang terendah di antara tiga kabupaten/kota lain penyelenggara pilkada serentak 2017 di Jawa Barat. Tingkat partisipasi pemilih paling tinggi di Provinsi Jawa Barat dipegang oleh Kota Tasikmalaya 81,02 persen, disusul Kota Cimahi 71 persen, dan terakhir Kabupaten Bekasi 60,9 persen.
Partisipasi pemilih paling tinggi di Kab Bekasi terkonsentrasi di wilayah pedesaan. Kecamatan Bojongmangu mempunyai partisipasi pemilih tertinggi sebanyak 72,1 persen, disusul Sukakarya 71,2 persen, dan Pebayuran. Yang paling rendah, ialah Tarumajaya 52,5 persen dan Cikarang Selatan, 52,2 persen.
Hal itu menjadi keuntungan tersendiri bagi pejawat Neneng Hasana Yasin, yang meraup suara terbanyak 39,82 persen. Menurut Adi, Neneng menang karena konsisten menggarap pemilih perdesaan seperti Muaragembong, Cabangbungin, Sukatani, Sukakarya, dan Bojongmangu yang lebih loyal.
Perolehan suara Neneng bahkan melampaui 50 persen di beberapa kecamatan, seperti Bojongmangu, Cikarang Pusat, Pebayuran, Setu, dan Tarumajaya. Neneng hanya kalah bersaing di tiga kecamatan, yakni Tambun Selatan, Tambun Utara, dan Babelan.
Adi menerangkan, pemilih perkotaan di Kab Bekasi dari dulu mempunyai tingkat partisipasi rendah dalam pilkada. Kemungkinan, kata Adi, kebanyakan dari mereka bekerja di luar Bekasi sehingga ikatan emosional mereka dengan Kabupaten Bekasi rendah.
"Dengan demikian, menurut saya, demokrasi di Kabupaten Bekasi masih bersifat elitis dengan ciri pemilih yang tradisional. Pilkada belum mampu menggerakkan pemilih perkotaan, yaitu kelas menengah yang rasional," ujar Adi.