REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Yordania dinilai dapat menjadi mitra strategis bagi Indonesia untuk pemanfaatan peluang perdagangan dan investasi di kawasan Timur Tengah serta menjadi pintu gerbang produk ekspor menuju Uni Eropa.
"Yordania bukan merupakan negara tujuan akhir untuk produk ekspor dari Indonesia, namun letaknya yang strategis di kawasan Timur Tengah dan kedekatan hubungan bilateralnya dengan Uni Eropa," ujar Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri RI Siswo Pramono di Bandung, Sabtu (25/2).
Siswo menuturkan, saat ini Yordania banyak menyalurkan para pengungsi dari berbagai negara yang mengalami gejolak politik, sehingga perlu adanya program padat karya yang dapat menunjang perekonomian nasional.
"Diperkirakan sekitar dua juta pengungsi Palestina tinggal di Yordania, dan sebagian besarnya telah menjadi warga negara. Selain itu, banyak menampung para pengungsi dari Irak dan Suriah akibat dampak eskalasi konflik," kata dia.
Oleh karena itu, Yordania secara aktif membuka peluang bagi para investor asing untuk menanamkan modalnya dan membuka lapangan kerja untuk menunjang program tersebut. "Apalagi dengan adanya perjanjian antara Yordania dan Uni Eropa yang dinamakan 'Rules Of Origin' yaitu keringanan serta kemudahan ekspor dalam memasuki pasar Eropa," katanya.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Yordania pun harus memberikan kompensasi dengan menyediakan sebagian wilayahnya sebagai tempat penampungan pengungsi sekaligus memberikan kesempatan kerja bagi mereka. "Atas dasar itu, maka Indonesia harus memanfaatkan peluang ekspor yang dimiliki Yordania untuk menembus pasar Eropa," kata dia.
Selain itu, ia menambahkan pemerintah Yordania pun memberlakukan pembebasan pembebanan tarif masuk bagi para investor yang menanamkan modalnya. Dengan catatan, seluruh barang yang diproduksi harus di dalam negeri dan memanfaatkan tenaga kerja dari kalangan pengungsi.
"Dengan demikian, Indonesia sekaligus dapat menampilkan citra positif dalam meningkatkan eksistensi dukungan terhadap perjuangan bangsa Palestina. Serta keterlibatan aktif dalam penyelesaian konflik di Timteng," kata dia.
Sementara itu, Mantan Dubes RI untuk Yordania sekaligus merangkap Negara Palestina periode 2012-2017 Teguh Wardoyo menuturkan Yordania dan Indonesia telah melakukan beberapa kerjasama dibidang ekspor-impor. Namun, kedua negara tersebut kurang melirik secara optimal peluang kerjasama tersebut.
"Bagi Indonesia, Yordania berada di urutan 65 tujuan ekspor, sedangkan sebaliknya Yordania menempatkan Indonesia di urutan ke 49. Kita belum fokus," ujarnya.
Ia menambahkan, pada 2012 nilai total perdagangan antara Indonesia dan Yordania mencapai 500 juta dolar AS dan mengalami penurunan hingga 139 juta dolar AS pada 2016. "Penurunan itu karena gejolak regional dan penutupan perbatasan oleh negara tetangga Yordania," kata dia.