REPUBLIKA.CO.ID, PRETORIA — Konflik horizontal di Afrika Selatan dilaporkan mengalami eskalasi cukup signifikan dalam beberapa waktu belakangan ini. Konflik tersebut diduga berakar pada xenofobia (ketakutan terhadap orang-orang asing) yang diidap oleh sebagian warga di negara itu.
Pada Jumat (24/2) lalu, aksi penolakan imigran yang dilakukan sekelompok demonstran di ibu kota Pretroria berakhir ricuh. Sebagai buntutnya, polisi setempat terpaksa menembakkan peluru karet, gas air mata, dan granat kejut untuk mengatasi bentrokan yang terjadi antara pengunjuk rasa dan para imigran.
Polisi antihuru-hara di Pretoria juga membentuk garis pemisah untuk mengawasi sekitar 1.000 pengunjuk rasa yang terlibat dalam aksi tersebut.
Seperti dilansir World Bulletin, Sabtu (25/2), sejumlah toko dan rumah milik kaum imigran di Afrika Selatan telah menjadi sasaran penjarahan dan pembakaran oleh kelompok xenofobis selama dua pekan terakhir. Sebelumnya, serangan terhadap orang-orang asing di negara itu sudah berulang kali terjadi. Aksi kekerasan itu dipicu oleh kecemburuan sosial yang dirasakan masyarakat setempat terhadap kaum pendatang.
“Kami hanya mencari perdamaian di sini (Afrika Selatan). Tapi orang-orang malah menuduh kami sebagai orang asing yang menjual narkoba di sini. Padahal, barang semacam itu sama sekali tidak pernah mereka jumpai di toko-toko kami,” ujar salah seorang imigran asal Somalia, Mohammed Abdi (31 tahun), Sabtu (25/2).
Selain menyasar imigran Somalia, kelompok xenofobis di Afrika Selatan saat ini juga menargetkan kaum pendatang dari Nigeria, Zimbabwe, Pakistan, dan negeri-negeri lainnya.
Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, mengutuk keras gelombang kerusuhan xenofobia yang terjadi akhir-akhir ini. Dia pun meminta kepada masyarakat di negaranya untuk tetap tenang dan menahan diri.
Pada pekan lalu, lebih dari 20 toko milik imigran yang berada di kawasan Atteridgeville, dekat Pretoria, diserang kelompok penjarah. Sementara, di wilayah Rosettenville yang terletak di selatan Kota Johannesburg, ada 12 rumah yang dirusak.
Kepolisian Afrika Selatan menyebutkan, hingga kemarin ada 136 orang yang telah ditangkap karena diduga terlibat dalam kerusuhan Jumat (24/2) lalu.