REPUBLIKA.CO.ID, PRETORIA — Konflik horizontal di Afrika Selatan dilaporkan mengalami eskalasi cukup signifikan dalam beberapa waktu belakangan ini. Konflik tersebut diduga berakar pada xenofobia (ketakutan terhadap orang-orang asing) yang diidap oleh sebagian warga di negara itu.
Pada Jumat (24/2) lalu, aksi penolakan imigran yang dilakukan sekelompok demonstran di ibu kota Pretroria berakhir ricuh. Sebagai buntutnya, polisi setempat terpaksa menembakkan peluru karet, gas air mata, dan granat kejut untuk mengatasi bentrokan yang terjadi antara pengunjuk rasa dan para imigran.
Polisi antihuru-hara di Pretoria juga membentuk garis pemisah untuk mengawasi sekitar 1.000 pengunjuk rasa yang terlibat dalam aksi tersebut.
Seperti dilansir World Bulletin, Sabtu (25/2), sejumlah toko dan rumah milik kaum imigran di Afrika Selatan telah menjadi sasaran penjarahan dan pembakaran oleh kelompok xenofobis selama dua pekan terakhir. Sebelumnya, serangan terhadap orang-orang asing di negara itu sudah berulang kali terjadi. Aksi kekerasan itu dipicu oleh kecemburuan sosial yang dirasakan masyarakat setempat terhadap kaum pendatang.