Ahad 26 Feb 2017 08:12 WIB

Pakar: Muhammadiyah Harus Terus Kawal Perjalanan NKRI

Rep: Fuji E Permana/ Red: Bayu Hermawan
Saldi Isra
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Saldi Isra

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Ahli Hukum Tata Negara Indonesia, Saldi Isra meminta Muhammadiyah menjadi pengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal itu disampaikannya pada hari kedua, Tanwir Muhammadiyah di Kota Ambon, Provinsi Maluku, Sabtu (25/2) kemarin.

Saldi Isra mengatakan kehadiran Muhammadiyah di Indonesia penting sekali. Sebab, Muhmmadiyah merupakan organisasi kemasyarakatan yang menjadi bagian menuju proses Indonesia merdeka. Menurutnya, karena posisi Muhammadiyah penting, maka Muhammadiyah harus menjadi organisasi yang terus mengawal perjalanan NKRI.

Dijelaskannya, kalau pemerintah sudah menunjukan gelagat lari dari tujuan nasional. Maka Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan ormas-ormas lain harus menjadi yang paling depan untuk mengingatkan pemegang kekuasaan.

"Mengingatkannya banyak cara, rekomendasi salah satu cara. Muhammadiyah melakukan jihad konstitusi, itu cara juga untuk mengingatkan," kata kepada Republika.co.id.

Saldi menjelaskan cara yang paling nyata, bagaimana Muhammadiyah bisa mengkonsolidasikan kader-kadernya. Terutama kader yang ada di eksekutif dan legislatif. Di harapkan Muhammadiyah bisa membawa pencerahan.

Mengenai hal tersebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan, pihaknya selama ini sudah mulai merintis untuk mendorong kader-kader Muhammadiyah di legislatif. Supaya mereka belajar bertanggungjawab dalam berbangsa. Diingatkan jangan hanya fokus pada kekuasaan apalagi harta.

"Sebab secara moral kehidupan kita menjadi rusak gara-gara kita terlampau mengejar harta dan kuasa. Akibatnya, di parpol menjadi tidak amanah dan parpol akan menjadi alat transaksi untuk kekuasaan," jelasnya.

Ia mengatakan, Muhammadiyah sudah punya konsep Pendidikan Ideologi, Politik dan Organisatoris (Ideopolitor) bagi para kader politik di pemerintahan. Bahkan, pendidikan Ideopolitor untuk kalangan profesional agar mereka mempunyai tanggungjawab dalam berbangsa dan bernegara.

Dikatakan dia, kalau tidak bertanggungjawab, jadi apapun di eksekutif, legislatif dan ormas maka tidak akan baik. Kalau hanya mengejar harta dan kuasa, pada akhirnya tugas utama akan menjadi terbengkalai.

"Tapi saya percaya masih banyak yang berpikiran jerih, tinggal mungkin kita coba ketuk hatinya dan kita ciptakan ruang publik untuk menyuburkan orang-orang baik untuk artikulasi," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement