Ahad 26 Feb 2017 12:22 WIB
Indonesia Duduki Peringkat ke-3 Dunia Penyakit Lepra

Ketika Jabar Masih Rawan Penyakit Lepra

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Sosialisasi penyakit kusta
Foto: dok.Istimewa
Sosialisasi penyakit kusta

REPUBLIKA.CO.ID, Perhatian pemerintah terhadap penyakit lepra, saat ini mulai berkurang. Padahal pada 2016, Indonesia masih menduduki peringkat 3 kasus tertinggi penyakit Lepra setelah Brazil dan India. Di Jabar sendiri, beberapa daerah saat ini masih rawan penyakit Lepra.

Menurut National Project Director Leprosy Campaign JCI (Junior Chamber Internasional) Indonesia, Helma Agustiawan, jumlah masyarakat yang terkena penyakit lepra di Indonesia sebanyak 17.250. Angka tersebut, adalah jumlah temuan dalam setahun.

Wajar bila kemudian, penyakit ini harus terus disosialisasikan ke masyarakat agar semua bisa melakukan pencegahan sejak dini. Khusus di Jabar, kasus lepra ini banyak ditemukan di daerah Karawang, Garut, dan Tanjungsari-Sumedang.

"Kami nggka mau jumlah penyakit lepra bertambah banyak. Makanya, kami gencar melakukan sosialisasi," ujar Helma kepada //Republika// di sela-sela acara Sosialisasi Kusta, Penyakit dan Stigma, akhir pekan lalu.

Sebagai permulaan JCI Indonesia, menggelar sosialisasi tentang penyakit Lepra ini di Kecamatan Cinambo Kota Bandung kepada tim penggerak PKK. Walaupun, sebenarnya di kecamatan tersebut belum ditemukan adanya kasus.

"Kami menggelar sosialisasi ini agar di kecamatan ini, benar-benar tak ada masyarakat yang terkena Lepra. Kalau pin ada, di Jabar harapannya tak akan terlalu banyak," katanya.

Helma menilai, pada 2016 Indonesia menduduki peringkat ke-3 di dunia sebagai negara terbanyak jumlah penyakit lepranya harus di pandang serius. Karena, angka tersebut besar.

"Jangan sampai Indonesia jadi negara tertinggi untuk penderita lepra karena tak ada upaya mencegahnya. Makanya, kami bekerja sama dengan Unpad," katanya.

Setelah menggelar sosialisasi di Jabar, JCI pun akan menyebar video tentang meluruskan stigma terkait penyakit lepra ini, ke daerah lain. Di antaranya ke Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Jatim.

"Bahkan, video tentang stigma lepra ini akan kami sebarkan ke Nigeria, Brazil, dan India sebagai video resmi berbahasa Inggris karena kami memang kerja sama dengan negara tersebut," katanya.

Di tempat yang sama, menurut Kepala Departemen Program Sosiologi Unpad, Dr Bintarsih Sekarningrum Msi, setiap daerah memiliki karakter yang berbeda-beda. Namun, ada beberapa daerah yang memang rawan terhadap penyakit lepra ini. Salah satunya, adalah daerah di wilayah pantai. Penyakit ini, rawan timbul di daerah tersebut karena perilaku masyarakatnya yang tak sehat.

"Daerah di Jabar, yang paling rawan Pantura, karena orang melakukan perdagangan terus menerus dan bertemu banyak orang," katanya.

Dari sisi medis, kata dia, lepra ini merupakan penyakit menular tapi membutuhkan waktu 5 tahun. Selain itu, harus ada pertemuan yang intens antara penderita dan masyarakat.

"Kalau tak diobati secara teratur, lepra akan menular pada orang lain melalui pernapasan," katanya.

Penanganan penyakit lepra ini, kata dia, memang tak terlalu jadi perhatian Kemenkes. Karena, saat ini yang menjadi prioritas dan fokus pemerintah adalah penanganan kasus HIV-AIDS.

"Kami makanya akan gencar menosialisasikan ke masyarakat. Ini baru pertama kali dan mengawalinya di Bandung dulu," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement