REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Ribuan warga Filipina turun ke jalan memperingati pemberontakan pada diktator Filipina Ferdinand Marcos. Aksi ini pun sebagai pengingat untuk sikap otoriter Presiden Rodrigo Duterte.
Massa berkumpul di jalan raya di Manila pada Sabtu (25/2). Tempat tersebut merupakan daerah yang sama ketika jutaan orang berbondong-bondong memadati tempat dimana 31 tahun dilakukan pemberontakan damai yang menyebabkan pemecatan Marcos.
Revolusi EDSA yang terjadi tiga dekade lalu mendorong para pemimpin pemerintah, kelompok gereja dan warga sipil dalam serangkaian protes. Aksi itu mengakhiri pemerintahan militer Marcos selama 14 tahun yang diwarnai pelanggaran hak asasi manusia.
Acara peringatan dan protes tersebut menjadi simbolik terhadap pemerintahan Duterte. Protes itu terjadi di tengah lonjakan kematian akibat dugaan penggunaan atau memiliki hubungan dengan narkoba.
Benigno "Noynoy" Aquino III mengatakan peringatan tahun ini adalah lebih dari sebuah tindakan mengingat. "Pertarungan belum berakhir jika kita tidak siap membela hak-hak kami," kata mantan presiden Filipina itu dikutip dari CNN, Senin (27/2).