Senin 27 Feb 2017 19:00 WIB

Masjid Agung Roma Laksana Pertemuan Dua Kebudayaan

Masjid Agung Roma
Masjid Agung Roma

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Roma adalah pusat agama Katolik di dunia. Tapi, siapa yang menyangka jika di ibu kota negara Republik Italia itu juga berdiri sebuah masjid megah yang mampu menampung jamaah hingga 40 ribu orang.

Itulah Masjid Agung Roma atau yang disebut Grande Moschea. Masjid tersebut merupakan simbol toleransi beragama di Italia karena lokasinya yang berdekatan dengan Kota Vatikan dan Sinagog Yahudi.

Masjid yang dibangun di atas lahan seluas 30 ribu meter persegi itu menjadi kebanggaan warga Muslim di Italia. Saat ini, warga Muslim tercatat sebagai pemeluk agama terbesar kedua di Italia. Data statistik resmi Italia terakhir (2005) menyebutkan, jumlah Muslim yang tinggal di Italia diperkirakan antara 960 ribu hingga 1.030 juta orang. Sekitar 40 ribu hingga 60 ribu orang di antaranya merupakan warga negara Italia.

Sebelum Masjid Agung Roma berdiri, warga muslim Italia yang berasal dari Maroko, Albania, Tunisia, Senegal, Mesir, Aljazair, dan negara-negara Afrika Utara serta Timur Tengah, terbiasa melaksanakan kegiatan ibadah di dua masjid besar yang ada di Kota Catania dan Milan.

Tahun 1975, Presiden Italia kala itu, Giovanni Leone, dan Wali Kota Roma, Giulio Carlo Argan, menyetujui pembangunan sebuah masjid di Kota Roma dengan memberikan sumbangan tanah seluas 30 ribu meter persegi kepada Pusat Kebudayaan Islam di Italia.

Pada 11 Desember 1984, dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Agung Roma oleh Presiden Italia saat itu, Alessandro Pertini. Sementara peresmiannya, dilakukan pada 23 Muharram 1416 H atau bertepatan dengan tanggal 21 Juni 1995.

Keberadaan masjid di tengah Kota Roma itu tak lepas dari jasa almarhum Raja Faisal bin Abdul Aziz, pemimpin Arab Saudi yang meninggal pada 1975. Menurut Raja Faisal, Kota Roma, tempat menetap sekitar 40 ribu Muslim pada 1970-an, sudah seharusnya jika memiliki sebuah masjid.

Rencana Raja Faisal itu baru terealisasi pada 1974, ketika Presiden Giovanni Leone berkunjung ke Arab Saudi. Pada pertemuan kedua pemimpin itu, Raja Faisal mengemukakan, rencana pembangunan masjid itu selain sebagai tempat ibadah dan kegiatan umat Islam di Italia, juga bisa dimanfaatkan untuk menjalin hubungan akrab serta berdialog antara umat Islam dan Kristen, yang selama itu, khususnya di Italia, selalu diwarnai dengan gejolak dan sentimen keagamaan.

Presiden Giovanni menyambut baik usulan Raja Faisal. Bahkan, ia berjanji akan menyediakan tanah untuk lokasi pembangunan masjid itu di Roma. Namun, ia memberi syarat, antara lain, pihak Raja Faisal harus menyediakan seluruh dananya. Faisal langsung menyetujui. Dan memang, Arab Saudi telah menyumbang dana tak kurang dari 30 juta dolar AS untuk masjid itu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement