REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Mungkin tak pernah dibayangkan oleh semua siswa SMA, bahwa saat belajar harus berurusan dengan teroris. Namun, hal itu terjadi pada siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung, Lupy Muhamatullah dan Muhamad Syafii Nurhikmah.
Sepulang pelajaran olah raga pada Senin (27/2), kedua siswa ini merasakan pengalaman luar biasa. Karena, teror bom panci yang terjadi di Taman Pandawa Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung tidak jauh dari tempat Lupy dan Fii bersama kawan-kawannya berolahraga.
Menurut Lupy, saat itu sekitar 100 orang siswa SMA Negeri 6 Bandung tengah mempelajari olahraga baseball di tengah lapangan Taman Pandawa yang berlangsung sejak pukul 8.00 WIB. "Tiba-tiba saat asyik belajar baseball ada suara ledakan. Awalnya bingung suara apa. Ternyata ada teroris," ujar Lupy kepada wartawan saat ditemui di sekolahnya.
Lupy mengatakan, saat itu warga sekitar banyak yang berteriak dan menduga seseorang berjaket hitam kumal, berambut ikal dan bercelana jeans hitam sebagai teroris. Kebetulan, ia posisinya tidak jauh dari benda-benda yang berhamburan setelah ledakan. Di antaranya semacam panci, STNK, paku, uang, dan foto copy KTP. "Dia satu orang," katanya.
Saat ledakan yang suaranya itu tiga kali lipat dari suara ledakan pertama, kata dia, lelaki itu sempat tertelungkup. Ia seperti pingsan beberapa saat. Setelah sadar lalu berdiri dan berjalan. "Saat akan kami kejar dia langsung lari," katanya.
Kemudian, kata dia, pengejaran terduga pelaku teror oleh Lupy dan Fii diikuti teman-temannya yang lain. Namun para siswa menjaga jarak aman dengan si terduga teroris. Karena di tengah perjalanan, teroris mengeluarkan sebilah pisau. Sampai akhirnya, si terduga teroris masuk ke dalam kantor Kelurahan Arjuna tidak jauh dari Taman Pandawa.
Kedatangannya otomatis membuat shock para pekerja dan sejumlah masyarakat yang ada di dalam. "Para pekerja dan orang-orang sempat kami suruh keluar karena bahaya. Fii sempat ajak duel meski tidak jadi," kata Lupy seraya mengatakan, akhirnya si pelaku ini sembunyi di lantai dua dan tidak lama kemudian ada polisi datang.
Kedua anak SMA tersebut pun, sempat menyaksikan ketika seorang anggota polisi bernegosiasi dengan terduga teroris itu. Bahkan, mereka memperhatikan betul saat si terduga teroris mengatakan "dibedil siah" (saya tembak) kepada anggota polisi kemudian melemparkan kursi lipat ke arah polisi hingga memecahkan kaca jendela lantai dua kantor Kelurahan Arjuna.
Menurut Fii, ia sempat mengajak duel dengan tangan kosong kepada terduga teroris. "Ini kan sudah masuk kasus kriminal. Sebagai warga negara yang baik sudah sewajarnya kami mengejar pelaku itu," kata Fii.
Fii pun mengaku tidak begitu menyadari betapa berbahayanya apa yang dilakukan ketika mengejar terduga teroris. Keinginan kuatnya membela negara sehingga keduanya beserta sejumlah kawannya mau menerima risiko apa pun. "Untungnya enggak masuk kerumunan kami bom pancinya itu. Bagaimana kalau ternyata kami yang jadi korban?" Katanya.
Meskipun baru pertama kali mengalami kejadian tersebut, kata dia, tapi yang ada di pikiran saat itu yang penting mengejar dulu. "Karena kan belum ada polisi. Pas sudah ada mah kami juga balik lagi ke sekolah," katanya.
Dikatakan Fii, saat mengajak duel si terduga teroris, dia dan pelaku hanya berjarak sekitar 5 meter. Terduga teroris, berada di dalam kantor sementara dirinya ada di daun pintu. "Di situ saya mengajak duel. Dia bilang sini kalau berani. Ya saya jawab saja, ayo sini kamu duel sama saya tapi kalau mau duel lepasin dulu pisaunya," katanya.