REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah telah membuka penawaran sukuk ritel SR 009, Senin (27/2). Prospek penerbitan sukuk di Indonesia dinilai besar karena masih banyaknya proyek infrastuktur yang harus dibiayai pemerintah.
Kepala Subdirektorat Peraturan Surat Berharga Syariah Negara dan Evaluasi Kinerja, Direktorat Pembiayaan Syariah DJPPR, Kementerian Keuangan, Dwi Irianti Hadiningdyah menjelaskan, pasar sukuk Indonesia saat ini merupakan yang terbesar di dunia.
Indonesia telah menerbitkan sukuk sebesar 10,5 miliar dolar AS di pasar internasional, terbesar pertama di dunia yang disusul kawasan Timur Tengah di urutan nomor dua, sedangkan Malaysia pada urutan nomor tiga.
"Prospek sukuk Indonesia lebih besar dari Malaysia dan Timur Tengah. Di Malaysia, proyek yang dibiayai sukuk sudah habis. Sedangkan proyek Indonesia masih besar," ujar Dwi Irianti di Jakarta, Senin (27/2).
Dwi menuturkan, adanya penerbitan sukuk sebagai salah satu sumber pembiayaan proyek-proyek di Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) menjadikan ekonomi Indonesia berkelanjutan. Hal itu terbukti pada saat krisis ekonomi global yang disebabkan oleh subprime mortgage di AS, saat itu ekonomi Indonesia lebih stabil menghadapi krisis karena telah menerbitkan sukuk dan SUN. Hal ini berbeda dengan saat krisis keuangan 1997-1998 yang pada saat itu pemerintah hanya bergantung pada utang luar negeri (ULN).
Dengan menerbitkan sukuk, pemerintah memiliki kewenangan untuk menentukan siapa yang akan mengerjakan proyek. Berbeda dengan melalui ULN, akan terjadi intervensi asing terhadap ekonomi Indonesia. "Jadi pemerintah bisa menciptakan lapangan kerja untuk negeri sendiri. Menjadi mandiri karena tidak ada yang intervensi karena term condition dari pemerintah," ujar Dwi.
Untuk sukuk ritel SR 009 yang baru dibuka penawaran Senin ini, memiliki tenor tiga tahun, dengan nilai minimum Rp 5 juta dan maksimum Rp 5 miliar. Adapun imbalan hasil yang ditawarkan 6,9 persen (fixed) yang dibayarkan pada tanggal 10 setiap bulannya.
Keuntungan lainnya, pajak yang dikenakan yakni sebesar 15 persen, lebih rendah dibandingkan deposito dengan pajak yang sebesar 20 persen. Sukri SR 009 ini diyakini akan laris manis dan dengan target indikatif sekitar Rp 19 triliun yang akan digunakan untuk general financing.
Sejak diterbitkan 2008 sampai 24 Februari 2017 jumlah penerbitan sukuk mencapai Rp 592,21 triliun. Dengan outstanding (yang belum jatuh tempo) sebesar Rp 433,77 triliun. "Ini menunjukkan sukuk semakin diminati investor dalam dan luar negeri," kata Dwi.
Baca juga: Pemerintah Ingin Kurangi Penawaran Sukuk Global