Senin 27 Feb 2017 18:22 WIB

PHK Karyawan Harusnya Opsi Terakhir yang Diambil Freeport

Rep: Frederikus Bata/ Red: Andi Nur Aminah
Ratusan karyawan PT Freeport Indonesia berdemonstrasi di Kantor Bupati Mimika, Papua, Jumat (17/2).
Foto: Antara/Vembri Waluyas
Ratusan karyawan PT Freeport Indonesia berdemonstrasi di Kantor Bupati Mimika, Papua, Jumat (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan telah mendengar aspirasi pemuka agama dan pemilik hak ulayat di Mimika, tempat PT Freeport Indonesia beroperasi. Staf khusus Jonan, Hadi M Djuraid mengatakan persoalan PHK karyawan di lingkungan PTFI menjadi salah satu bahasan. 

"Ini hendaknya didengar oleh Freeport. Seperti dikatakan Pak Menteri ESDM bahwa PHK karyawan itu hendaknya menjadi opsi terakhir yang ditempuh setelah opsi-opsi lain," kata Hadi kepada awak Media,  di Kantor Kementerian ESDM,  Jakarta,  Senin  (27/2).

Ia menerangkan pemerintah telah membuka peluang bagi PTFI untuk melakukan kegiatan ekspor. Namun perusahaan tersebut tidak menerima lantaran belum sepakat dengan poin-poin yang tertuang dalam PP 1 Tahun 2017. Sejauh ini kedua kubu masih dalam tahapan negoisasi. 

"Tetapi kemudian langkah yang dilakukan pertama ialah PHK. Ini saya kira situasi yang diperhitungkan pihak Freeport untuk mengurangi dampak yang lebih buruk terhadap situasi yang saat ini terjadi," ujar Hadi. 

Ia menuturkan  jika menunggu hingga jalur arbitrase maka memakan waktu yang lama PTFI beroperasi lagi.  Pemerintah, Hadi mengatakan sebenarnya sudah memberikan solusi agar opsi PHK karyawan tidak perlu diambil PTFI. 

"Solusi dari pemerintah sudah tercantum dalam IUPK yang diberikan pemerintah kepada mereka. IUPK beri waktu enam bulan kepada mereka untuk jalankan enam bulan untuk mereka kaji, apakah ini tepat atau tidak. Kalau tidak, ya dalam waktu enam bulan itu bisa kembalikan IUPK tersebut.  Dalam enam bulan ini semestinya berjalan normal dan masyarakat tidak jadi korban," tuturnya menjelaskan. 

Dirjen Minerba Kementerian ESDM,  Bambang Gatot mengatakan sejak 18 Februari 2018 pemerintah belum bernegoisasi lagi dengan PTFI.  Pada 17 Februari,  ESDM mengeluarkan rekomendasi ekspor untuk PTFI.  Namun rekomendasi tersebut ditolak. "Masih menyusun apa yang menjadi posisi masing-masing," tutur Bambang. 

Ditanya mengenai titik temu perundingan, Bambang mengatakan belum ditemukan. Pasalnya perundingan belum sampai pada tahapan itu. "Kalau itu belum dirundingkan," ujarnya. 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement