Selasa 28 Feb 2017 08:15 WIB

Pengamat Sarankan tak Berlebihan Sikapi Bom Panci Cicendo

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Angga Indrawan
Polisi berjaga di depan Kantor Kelurahan Arjuna dalam peristiwa peledakan bom panci oleh teroris di Jalan Arjuna, Kota Bandung, Senin (27/2).
Foto: Mahmud Muhyidin
Polisi berjaga di depan Kantor Kelurahan Arjuna dalam peristiwa peledakan bom panci oleh teroris di Jalan Arjuna, Kota Bandung, Senin (27/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Terorisme dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya menyarankan agar bersikap secara proporsional dalam menyikapi peristiwa bom panci Cicendo. Sebab, jika disikapi secara berlebihan, bisa muncul anggapan peristiwa tersebut terjadi karena kepentingan politik opurtunis pihak tertentu.

"Menyikapi kasus Cicendo harus proporsional, jika berlebihan maka membuka peluang masyarakat menduga ini muncul karena kepentingan politik opurtunis pihak tertentu," kata Harits dalam pesan singkatnya, Senin (27/2).

Apalagi, saat ini Indonesia tengah dalam persiapan menyambut kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud yang juga konsen dengan isu terorisme. "Mengingat Indonesia mau kedatangan tamu Raja Saudi yang juga konsen dengan isu terorisme," ucap Harist.

Selain itu, peristiwa tersebut juga bisa dikaitkan dengan belum selesainya revisi RUU Terorisme, jika ditanggapi secara berlebihan. Sebelumnya bom panci meledak di Taman Pandawa Jalan Arjuna Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo Kota Bandung, Jawa Barat, pada Senin (27/2) pagi. Usai meledakkan bom panci tersebut, pelaku seorang pria dan identitas lengkapnya belum diketahui melarikan diri ke Kantor Kelurahan Arjuna.

Di sana, tepatnya di lantai dua Kantor Kelurahan Arjuna, pelaku dikepung oleh Tim Densus 88 Mabes Polri dan sempat beradu tembakan. Beberapa jam kemudian, pelaku bisa dilumpuhkan Tim Densus 88 dengan ditembak dan sempat dilarikan ke rumah sakit, sebelum akhirnya dinyatakan tewas.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement