REPUBLIKA.CO.ID,MANILA -- Abu Sayyaf sering menculik warga negara asing maupun warga lokal Filipina selama beberapa dekade. Mereka meminta tebusan untuk membebaskan para korban yang diculiknya. Salah satu korban yang dipancungnya adalah warga Jerman Jurgen Gustav Kantner.
Kapal Kantner, Rockall ditemukan berlayar pada akhir November tahun lalu ke selatan Filipina dengan jenazah pacarnya Sabine Merz yang ditembak mati.
Pejabat militer mengatakan, pihaknya masih mencari jenazah Kantner. "Kami bersumpah tak akan berhenti mengejar para pembunuh Kantner dan akan menyelamatkan lebih dari 20 korban penculikan," katanya seperti dilansir Aljazirah, Selasa, (28/2).
Abu Sayyaf telah meraih jutaan dolar AS sebagai tebusan. Mereka jarang melepaskan korban penculikan kecuali jika tebusan dibayar. Biasanya pihak yang rela membayar tebusan adalah kerabat dan perusahaan yang anak buahnya diculik Abu Sayyaf. Kebanyakanya pemerintah enggan membayar tebusan. Dua warga Kanada dipancung oleh Abu Sayyaf tahun lalu. Sedangkan seorang warga Norwegia dibebaskan.
Presiden Duterte berulang kali meminta Cina untuk membantu patroli di perairan regional untuk menghentikan lebih banyak penculikan. Namun hingga saat ini Beijing belum memberikan respon. Duterte berharap Cina mau melakukam patroli di Selat Malaka. Selat Malaka merupakan jalur pelayaran tersibuk di dunia antara Semenanjung Malaysia dan Pulau Sumatra.