REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat Anang Sudarna mengatakan bahwa sebagian besar kondisi hutan mengrove di Jawa Barat, perlu perhatian lebih. Pasalnya, banyak kawasan hutan mangrove yang disulap warga sekitar menjadi tambak ataupun dengan eksploitasi lainnya seperti menebangi tanaman mangrove tanpa pembudidayaan, untuk dijadikan komoditas arang karena pasarnya yang cukup tinggi.
"Kondisi kerusakan tanaman mangrove cukup mengusik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sebab ketiadaannya menimbulkan potensi ancaman bencana alam bagi masyarakat yang tinggal di sekitar bibir pantai," kata Anang seperti dalam rilis yang diterima Republika, Rabu malam (1/3).
Anang melanjutkan, bahwa tanpa mangrove, kawasan pinggiran pantai berpotensi terjadi abrasi, yang menyebabkan jumlah daratan di sekitar menjadi berkurang. Artinya lingkungan hidup bagi manusia pun akan tergerus, sedangkan jumlah manusia semakin bertambah banyak.
"Di sini saja (Desa Pusakajaya Utara), kemarin warganya bilang ke saya kalau daratan mereka sudah berkurang sejauh 100 meter. Banyak juga kok sisa-sisa bangunan yang telah rusak akibat abrasi," ungkap Anang.
Untuk mengatasinya, Anang meminta pihak swasta yang berada di Pantai Utara agar turut berpartisipasi membenahi lingkungan di sekitar pantai.
Hal ini dikatakannya sebagai bentuk partisipasi mereka. Sebab kalau lingkungan di Pantai Utara rusak akan berdampak bagi pihak swasta juga.
Dia juga meminta warga yang tinggal di bibir pantai untuk tidak menebangi tanaman mangrove yang selama ini dianggap sebagai penyebab hama bagi ikan.
"Bahkan mangrove memiliki kemampuan menyerap gas rumah kaca lima kali lebih besar dibandingkan dengan hutan daratan biasa," harapnya.
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menyampaikan bahwa penanaman mangrove sangat penting dan strategis bagi daerah pantai dan kawasan pesisir untuk mencegah adanya abrasi laut yang sering kali terjadi.
"Selain itu mangrove juga akan menciptakan ekosistem perairan di daerah pesisir yang menjadi habitat berkembangbiaknya ikan, udang, kepiting dan berbagai biota laut lainnya," kata Deddy.
Selanjutnya ia mengatakan, bahwa untuk menyelesaikan persoalan lingkungan, perlu dilakukam upaya terintegrasi dan sinergis oleh seluruh stakeholder seperti diantaranya birokrat, dunia usaha, komunitas/ masyarakat, dan akademisi, dan tak kalah penting adalah diperlukannya konsistensi yang berkelanjutan.
"Saya berharap melalui dukungan perusahaan yang ada, rehabilitasi mangrove, khususnya di pantai Karawang sepanjang 84 Km dapat segera diselesaikan," katanya.