REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekuif Walhi, Yaya Nur Hidayati mengatakan, persoalan banjir Jakarta tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu cara saja. Pasalnya, banjir Jakarta merupakan masalah lingkungan yang sudah berlangsung sangat lama.
“Kita melihatnya harus integratif dari hulu sampai hilir,” ujar Yaya kepada Republika.co.id, Kamis (2/3).
Yaya menerangkan, wilayah hulu merupakan daerah tangkapan air yang terus berkurang. Di Jakarta, kata Yaya, banyak daerah resapan air yang saat ini dibangun gedung berbeton. Ditambah dengan curah hujan yang juga menjadi pemicu banjir Jakarta.
Untuk itu, Yaya mendesak pemerintah provinsi DKI Jakarta siap siaga menghadapi potensi banjir untuk beberapa minggu kedepan. Sebab, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi hujan ekstrem masih akan terjadi beberapa bulan kedepan.
“Jangan sampai banjir ini menimbulkan korban, sekarang ini memang yang bisa dilakukan seperti itu untuk jangka pendek,” kata Yaya.
Sementara untuk jangka panjang, kata Yaya, harus ada perubahan paradigma dalam pembangunan Jakarta. Misalnya tentang betonisasi sungai. Menurut Yaya, betonisasi sungai dinilai menghambat aliran air ke hilir.
“Kalau normalisasi kan sebenarnya arahnya mengalirkan air dari hulu, kalau terjadi hujan di hulu bagaimana menyalurkan air yang ada,” Yaya menambahkan.