Kamis 02 Mar 2017 21:18 WIB

Pemerintah Yakin Bisnis Panas Bumi Minim Risiko

Rep: Frederikus Bata/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Fasilitas produksi energi panas bumi yang dioperasikan oleh PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu, Lampung, Senin, (14/12) malam.Republika/Edwin Dwi Putranto
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Fasilitas produksi energi panas bumi yang dioperasikan oleh PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu, Lampung, Senin, (14/12) malam.Republika/Edwin Dwi Putranto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan meminta pengusaha panas bumi dan energi baru terbarukan (EBT) tak banyak mengeluh dalam mengembangkan potensi bisnisnya. Ia mengakui jika apabila proses eksplorsi gagal, maka para pebisnis tersebut bisa mengalami kerugian.

Namun, apabila proses pengeboran berhasil, dalam pengertian uap panas bumi ditemukan, maka resiko selanjutnya relatif kecil. Jonan berpendapat ada banyak bisnis di sektor lain dengan resiko besar. 

Ia mencontohkan bagaimana bisnis penerbangan dengan sederet permasalahan yang dihadapi. "Bapak bilang bisnis EBT risikonya besar, maskapai penerbangan jauh lebih besar. AirAsia pesawatnya jatuh di Selat Karimata, load factor jatuh 24 persen dan sampai hari ini tidak bangkit," tuturnya dalam diskusi di hotel Luwangsa, Jakarta, Kamis (2/3).

Potensi EBT di tanah air sangat besar yakni 29 ribu megawatt. Saat ini sekitar 1400 MW yang baru dimanfaatkan. Jonan mengakui masih minim investor di sektor EBT karena nilai investasi yang mahal.

Ia berharap para investor tidak hanya menunggu insentif dari pemerintah. Negara, kata dia membuka peluang penjualan EBT dengan harga terjangkau.

"Yang perlu itu bagaimana menjual dengan harga kompetitif. Kalau misalnya mengharapkan insentif, bikin hotel juga kan enggak tau pelanggannya siapa. Risiko bisnis apapun pasti ada," tutur Jonan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement