REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komitmen Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud untuk melawan dan memerangi faham radikalisme dan terorisme patut diapresiasi. Pemerintah Indonesia dinilai harus menangkap peluang ini untuk menindaklanjutinya.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan tindak lanjut tersebut dapat dilakukan melalui langkah-langkah strategis dalam bentuk kerja sama di bidang pendidikan, dakwah dan propaganda secara massif pentingnya mengembangkan Islam wasathiyah (moderat), Islam yang damai, dan Islam rahmatan lil alamin.
"Harus diakui bahwa sebagian besar umat Islam Indonesia adalah menganut paham ajaran agama Islam yang moderat. Kalau ada kelompok yang mengusung faham radikal sebenarnya jumlahnya tidak banyak," kata dia, semalam.
Zainut menyebut paham radikal yang menjadi akar dari terorisme tersebut merupakan gerakan transnasional yang tidak hanya berkembang di Indonesia, tetapi juga berkembang di banyak negara. Radikalisme atau terorisme itu sendiri, ujarnya, muncul bukan semata karena bersumber dari paham keagamaan tapi juga bisa disebabkan oleh faktor ekonomi, ketidakadilan dan perlakuan diskriminatif penguasa terhadap kelompok masyarakat tertentu sehingga menimbulkan bentuk perlawanan dan pembangkangan. "Untuk hal tersebut komitmen Raja Salman memerangi faham radikalisme dan terorisme patut diapresiasi," kata Zainut.
Dalam kesempatan itu, dia mengatakan bahwa Saudi merupakan negara yang memiliki pengaruh yang cukup besar baik di kawasan Timur Tengah maupun di dunia Internasional. Sehingga posisi tersebut bisa dimanfaatkan Indonesia untuk menguatkan posisi Indonesia sebagai negara yang penduduknya beragama Islam terbesar di dunia untuk menekan dunia Internasional atas kemerdekaan negara Palestina. "Dan lebih dari itu, kerja sama bilateral antara Arab Saudi dengan Indonesia akan menentukan stabilitas keamanan di kedua kawasan," ujarnya.