REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Benih-benih kerajaan baru tersemai di Lembah Sakarya. Wilayah tersebut dekat dengan Konstantinopel, yang kala itu wilayah Kekaisaran Romawi Timur. Suku pengembara Turki yang dipimpin Usman berhasil merebut Laut Marmara. Kabar keberhasilan tersebut membuat, suku-suku di Turki di Anatolia Barat bergabung denganya.
Usman adalah pendiri Kerajaan Ottoman dan yang telah memberikan namanya kepada Dinasti Ottoman atau Osmali. Di bawah kepemimpinan anaknya, Orhan (1324-1362 M), kerajaan kecil ini mulai memperoleh aspek yang lebih mapan. Wilayah kerajaan Usman tidak meliputi kota-kota besar.
Pada 1326 M, Kota Bursa diserang hingga mengalami kelaparan. Mulai saat itu, kota tersebut menjadi ibu kota pertama Ottoman. Tahun berikutnya, setelah terjadi gempa bumi yang menghancurkan pertahanannya, para pengikut Orhan menduduki Bizantium, Lopadion (Ulubat), menuju ke Dardanella.
Dengan rute darat Bythinia yang kini dapat dilalui, kejatuhan kota-kota Bizantium lainnya tidak dapat dihindari. Nikaia adalah kota pertama yang diserang pada 1331 M. Lalu, Nikomedia mengikutinya pada 1337 M.
Ekspansi Ottoman bukan hanya satu-satunya pengeluaran Bizantium. Pada 1345-1346 M, Orhan menganeksasi emirat Turki dari Karesi. Kurang dari 10 tahun berikutnya, pada 1354 M, putra Orhan, Sulaiman Pasha, menduduki Ankara hingga ke timur dari wilayah ayahnya.
Orhan juga yang pertama kali mendirikan pangkalan terdepan di Eropa. Ia mencapai hal ini dengan memanfaatkan perang sipil di Bizantium antara rival Kaisar John [VI] Kantakouzenos dan John [V] Palailogos.
Pada 1352 M, pecah perang antara John V dan putra Kantakouzenos, Matthew. Ayahnya meminta bantuan Orhan untuk memberikan sebuah benteng bagi pasukannya di bawah Sulaiman Pasha di Semenanjung Gallipoli. Ini adalah wilayah pertama yang diduduki Ottoman di Eropa. Penaklukan berikutnya terjadi setelah terjadi bencana alam.
Menurut Colin Imber dalam The Ottoman Empire: 1300-1650, pada saat Orhan meninggal pada 1362 M, kerajaannya memiliki karakteristik yang membedakan kerajaan Ottoman pada abad ke-20. Kerajaan itu terdiri atas daratan di Asia dan Eropa. “Kota-kota dan pedesaan juga penguasanya telah membangun masjid pertama dan tempat ibadah yang membedakan kerajaannya sebagai negara Muslim,” tulisnya.
Dari tulisan-tulisan kecil diketahui putra Orhan, Murad I (1362-1389 M), memegang takhta setelah terjadi perang sipil. Pada akhir 1360-an, ia memegang tampuk kekuasaan kerajaan di Anatolia dan Eropa yang berkembang dengan pesat.
Di timur, ia menggabungkan kerajaan Turki yang berada di antara barat laut Anatolia dan Antalya di pantai Mediterania. Kisah lain mengatakan bahwa Murad memperoleh sebagian Kerajaan Germiyan sebagai hasil perkawinan putranya Bayezid dengan putri Germiyanid. Mulai dari Hamid ke selatan Germiyan, Murad memperolehnya dengan cara membeli.
Amber mengatakan, pemerintahan Murad dimulai dengan sebuah kekalahan yang kemudian menahan penaklukan Ottoman di seluruh Eropa. “Kemenangan besar Murad yang pertama di Eropa kemungkinan terjadi pada 1369 M ketika pasukan Turki menduduki Adrianopel (Edirne),” ujarnya.
Penguasaan kota tersebut mendorong dua raja Serbia dari Macedonia membentuk aliansi melawan Murad dan menyerang pasukannya di Sungai Maritsa pada 1371 M. Keduanya kehilangan nyawa dan dalam kata-kata kisah pendek Yunani dikatakan, “Sejak saat itulah, kaum Muslim mulai menundukkan kerajaan-kerajaan Kristen.”
Sumber: Disarikan dari Pusat Data Republika