Sabtu 04 Mar 2017 22:30 WIB

Jejak Islam di Sisilia

Rep: Yusuf Assidiq/ Red: Agung Sasongko
Islam di Sisilia
Foto: Youtube
Islam di Sisilia

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Umat Muslim membuat pula bangunan yang indah di kota-kota, seperti di Messina, Syracuse, Sciacca, Mazara, dan Castrogiovanni. Tapi, paling terkenal adalah Palermo yang oleh kaum Muslim dinamakan al-Banurmu atau al-Madina.

Ibn Jubair menggambarkan keindahan Palermo. Katanya, ''Kota ini sangat mengagumkan. Bangunan-bangunannya seperti yang ada di Kordoba. Jalanan kotanya lebar serta bersih dengan saluran air terdapat di setiap sudut kota. Masjid juga banyak ditemui. Sebagian di antaranya difungsikan sebagai madrasah.''

Hingga awal abad ke-11, populasi umat Muslim sudah mencakup separuh dari jumlah penduduk di Palermo yang sekitar 300 ribu jiwa. Komunitas Arab kebanyakan tinggal di utara Palermo dan di Kota Agrigento di selatan.

Dari Sisilia, pasukan Muslim kemudian terus merangsek hingga ke Italia daratan. Tahun 840, Kota Taranto dan Bari dikuasai. Kemudian, menyusul Brindisi tahun 841. Roma juga diserang, namun selalu gagal di tahun 843, 846, dan 849.

Barulah sejak tahun 870, tentara Kristen dapat berkonsolidasi. Sampai dua dekade berikut, mereka menguasai wilayah-wilayah yang diduduki pasukan Muslim. Benteng Muslim terakhir direbut tahun 1091.

Sebagian warga Muslim tetap bertahan di Sisilia, yang selanjutnya dipimpin Raja Norman, Roger II. Pemerintahannya bersikap toleran, bahkan Roger mengangkat ilmuwan Muhammad al-Idrisi dan penyair Ibn Zafar sebagai pejabat kerajaan.

Situasi ini berakhir saat Paus mendesak agar diambil tindakan keras terhadap kaum Muslim. Masjid-masjid pun dihancurkan atau diubah menjadi gereja. Eksistensi umat Islam berakhir tahun 1189 setelah jatuhnya kekuasaan Raja William II.

Kehadiran umat Islam dimulai kembali di era 1950-1960-an. Italia menjadi tujuan utama imigran Muslim ke Eropa. Jumlah mereka terus bertambah hingga mencapai 34 persen dari seluruh imigran di sana yang sekitar 2,4 juta jiwa (data tahun 2005). Islam pun menjadi agama terbesar kedua setelah Katolik Roma.

Adapun jumlah imigran Muslim yang sudah memperoleh kewarganegaraan sekitar 30-50 ribu jiwa. Sementara itu, warga Italia yang beralih menjadi Muslim jumlahnya sekitar 10 ribu orang.

 

Seperti halnya kehidupan umat Muslim minoritas, di Italia pun mereka mengalami berbagai prasangka. Selain karena warga Italia mulai resah dengan meningkatnya imigran yang datang, mereka juga khawatir terhadap munculnya kelompok-kelompok ekstrem agama.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement