REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pekerja asing yang ingin mendapatkan visa kerja Amerika Serikat (AS) di bidang IT dan perusahaan berteknologi tinggi harus punya kesabaran lebih. Sebab, mereka akan menjalani proses baru pengurusan visa yang memakan waktu lebih lama. Hal ini setelah Presiden Trump mengumumkan akan menangguhkan percepatan sementara aplikasi visa untuk H-1B.
Visa H-1B bagi non-imigran memungkinkan perusahaan AS untuk mempekerjakan pekerja lulusan setara S-2 di beberapa bidang khusus, termasuk teknologi informasi, kedokteran, teknik dan matematika.
Layanan Imigrasi dan Kewarganegaraan AS, (USCIS) pada Jumat (3/3) lalu menyampaikan mulai 3 April mendatang 'proses pengutamaan' bagi layanan visa akan ditangguhkan selama enam bulan. Selama ini, dalam prosedur yang dipercepat tersebut, pelamar bisa memenuhi syarat untuk persetujuan visa dalam waktu 15 hari, bukan periode peninjauan biasa yang dapat berlangsung sampai beberapa bulan.
USCIS menyampaikan bahwa selama masa penangguhan, individu masih dapat meminta pertimbangan dipercepat, tetapi harus memenuhi kriteria tertentu. Di antarnya seperti alasan kemanusiaan, situasi darurat atau prospek kerugian finansial yang parah untuk sebuah perusahaan atau individu.
AS saat ini menutup layanan 65 ribu visa H-1B selama setahun, hanya 20 ribu diperbolehkan bagi mereka yang telah mendapatkan gelar sarjana lanjutan di Amerika Serikat. Visa ini berlaku selama tiga tahun dan dapat diperpanjang untuk tambahan tiga tahun.
USCIS mengatakan bahwa menangguhkan proses pengutamaan visa inin memungkinkan mengurangi tumpukan ajuan visa lama yang tertunda dan dengan demikian mengurangi keseluruhan waktu pengolahan visa H-1B.
Langkah ini diambil sebagai bagian dari administrasi Presiden Trump, juga telah menerapkan prosedur deportasi lebih keras terhadap imigran ilegal di AS. Dan Trump juga yang telah berusaha untuk memaksakan larangan visa pada orang-orang dari tujuh negara terutama Muslim.
Walaupun larangan sempat ditahan oleh pengadilan federal, namun kampanye Presiden Donald Trump yang berjanji untuk menindak imigran yang ia yakin telah mengambil pekerjaan dari warga AS, tetap dilakukan.