Ahad 05 Mar 2017 12:10 WIB

BJB Syariah Fokus Incar Pasar Muslim Jabar dan Banten

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nur Aini
Bank BJB Syariah, ilustrasi
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Bank BJB Syariah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bank BJB Syariah mengalami kerugian hingga Rp 414,71 miliar pada 2016. Padahal di tahun sebelumnya anak usaha PT Bank BJB itu sempat meraih keuntungan sebesar Rp 7,27 miliar. Dengan kondisi itu, BJB Syariah ingin lebih menyasar pasar Muslim.

Direktur Bank BJB Ahmad Irfan menjelaskan, kerugian BJB Syariah disebabkan tekanan dari Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang membuat biaya operasional naik 375,4 persen menjadi Rp 2,17 triliun. Sebelumnya CKPN hanya Rp 458,18 miliar. "Bisnis BJB di syariah secara industri memang kurang baik," ujarnya di Jakarta, pekan ini.

Ia mengatakan, rencananya tahun ini akan menyiapkan cadangan CKPN. Selain itu, BJB akan melakukan restrukturisasi untuk membalik CKPN agar masuk sebagai pendapatan yang akan kembali ke BJB Syariah. Menurutnya, rasio kecukupan modal BJB Syariah masih baik sekitar 18 persen.

Irfan meyakini proyeksi bisnis syariah ke depan akan lebih baik dan berpotensi besar, karena syariah dapat menyediakan produk lebih beragam dibandingkan konvensional. "Selain itu, Jawa Barat dan Banten kan sebagian besar umat Muslim. Jadi bisnis ini (syariah) lebih kena di hati mereka, kita akan targetkan mereka," ujarnya.

Tahun ini, dalam rencana bisnisnya (RBB) Bank BJB sebagai perusahaan induk juga berencana mengakuisisi beberapa perusahaan. Perseroan akan mengincar asuransi, multifinance, sekuritas, serta bank.

"Semua kemungkinan terbuka, yang penting sudah masukkan rencana akuisisi di RBB," ujarnya. Irfan belum menyebutkan perusahaan mana yang diakuisisi, tetapi dikabarkan BJB tengah mengincar Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE).Saat ditanya, Irfan tidak membantahnya. Hanya saja ia mengaku menargetkan beberapa bank lain yang sesuai dengan bisnis BJB. Ia pun masih enggan menyebut dana yang disiapkan untuk akuisisi. Baginya, rencana itu perlu terus dievaluasi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement