Senin 06 Mar 2017 03:10 WIB

Petani Baduy Tanam Albasia Sebagai Tabungan Masa Depan

Pemuda-pemuda Baduy Dalam duduk-duduk di teras sebuah rumah di Ciboleger (Foto: Yogi Ardhi)
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Pemuda-pemuda Baduy Dalam duduk-duduk di teras sebuah rumah di Ciboleger (Foto: Yogi Ardhi)

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejumlah petani Baduy yang tinggal di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, beramai-ramai tanam albasia sebagai tabungan masa depan.

"Kami tanam albasia sebanyak 1.200 pohon dan bisa menghasilkan uang lima tahun ke depan," kata Santa (40) seorang petani Baduy di Lebak, Ahad (5/3).

Penanaman albasia itu ditanam di lahan Perum Perhutani Blok Cicuraheum Kecamatan Cileles Kabupaten Lebak seluas satu hektare.

Gerakan tanam albasia itu, selain konservasi alam juga bisa menghasilkan pendapatan ekonomi.

Saat ini, petani Baduy beramai-ramai mengembangkan tanaman albasia atau pohon sengon.

Sebab, pohon tersebut dijadikan sebagai tabungan masa depan.

Sedangkan, pertanian yang bisa langsung menjadi uang dari andalan padi huma, pisang, palawija, cabai dan buah-buahan. Selama ini, masyarakat hanya mengandalkan kehidupan ekonomi dari bercocok tanam ladang.

"Kami terbantu ekonomi dengan menanam albasia itu, selain bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga juga beli tanah," katanya.

Menurut Santa, saat ini tanaman albasia miliknya sudah memasuki usia dua tahun sebanyak 800 pohon, sedangkan 400 pohon kini berusia satu pekan.

Kemungkinan tanaman albasia itu tumbuh subur karena tidak terserang hama maupun penyakit tanaman. Apabila, tanaman albasia itu menghasilkan uang sekitar Rp80 juta.

Saat ini, permintaan kayu albasia relatif tinggi dan banyak penampung mendatangi petani hingga ke lapangan. "Kami menjual kayu albasia itu kepada pengumpul langganannya," katanya.

Begitu juga petani Baduy lainnya, Pulung (50) mengaku selama ini masyarakat Baduy menanam albasia sebagai tabungan masa depan.

Sebab, tanaman albasia itu tidak memerlukan perawatan intensif karena jenis tanaman keras.

Ia menanam albasia dengan pola tanam terpadu padi, pisang, padi huma, sayur-sayuran dan buah-buahan.

Sebagian hasil ladang itu jika musim panen dijual ke pasar Rangkasbitung di antaranya durian, pisang, petai, nangka berit dan manggis.

Mereka kebanyakan petani Baduy bertanam itu di ladang dengan lokasi perbukitan juga berpindah-pindah sehingga lahan tanamannya subur. Sebab petani Baduy hanya mengutamakan pupuk organik dari bekas pembakaran sampah tanpa pupuk kimia. "Kami tahun ini menanam albasia sekitar 900 pohon," katanya.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Ruly mengatakan produksi kayu-kayuan milik rakyat itu sekitar 100.000 meter per kubik/tahun di 28 kecamatan. Produk kayu-kayuan itu berbentuk balok dengan harga di pasaran Rp 300.000 meter persegi. Kayu-kayuan yang ditanam masyarakat itu antara lain jenis albasia, jabon, alkasiah, manglid, mahoni dan kecapi.

Selama ini pendapatan produksi kayu hutan rakyat cukup besar karena didukung lahan dan hutan rakyat begitu luas. Bahkan, Kabupaten Lebak terluas hutan milik rakyat di Provinsi Banten.

Karena itu, produksi kayu-kayuan dari Kabupaten Lebak dipasok ke luar daerah, seperti Serang, Tangerang, Jakarta, Sukabumi, Bekasi dan Karawang.

Kayu-kayuan itu untuk keperluan material bangunan rumah juga furniture rumah tangga dan pabrik kertas. "Kami tak henti-hentinya mengajak masyarakat, termasuk petani Baduy agar gemar menanam pohon sebagai investasi masa depan," katanya menjelaskan. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement