Senin 06 Mar 2017 15:28 WIB

Pedagang Hingga Pemasok Dukung Impor Garam

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nidia Zuraya
Garam asal Madura dan Jepara di Pasar Induk Legi Solo.
Foto: Republika/Andrian Saputra
Garam asal Madura dan Jepara di Pasar Induk Legi Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Keputusan pemerintah untuk melakukan impor garam konsumsi disambut baik pedagang hingga pemasok garam di Solo. Minimnya pasokan garam lokal dalam beberapa bulan terakhir berdampak pada naiknya harga garam saat ini.

Aryani (40 tahun) salah satu distributor garam di Pasar Induk Legi mengaku khawatir dengan minimnya pasokan garam. Hal itu membuat harga garam merangkak naik sejak tiga bulan terakhir.

"Dari Desember (tahun lalu) itu terus naik, dari lima ratus sekarang sudah seribu lima ratus per kilonya. Saya sudah dengar katanya mau ada impor, saya dukung, karena kalau tidak ada impor pedagang mati semua, stoknya dari daerah lain sekarang sudah berkurang," tutur Aryani saat ditemui Republika pada Senin (6/3) siang.

Dia mengatakan beberapa pemasok besar yang biasa menyuplai garam lokal ke Solo mulai mengurangi pasokannya. Beberapa daerah pemasok garam ke Solo tersebut diantaranya seperti Madura, Surabaya, Semarang dan Jepara. Dengan kondisi tersebut, dia pun ikut menaikan harga garam kepada pembeli yang merupakan penjual garam eceran di warung-warung.

Lihat juga: 75 Ribu Ton Garam Impor Segera Masuk Indonesia

"Garam Madura yang saya jual kiloannya seribu lima ratus itu kalau dijual eceran jadi dua ribu," katanya.

Menurutnya, saat ini pedagang garam mulai berebut persediaan garam dari Jepara. Meski harga garam Jepara lebih mahal dari harga garam dari daerah lainnya yakni Rp 1.900 per kilogram.

Sementara itu, Adi Purnama (34 tahun) pemasok garam Jepara ke Solo menuturkan stok garam di Jepara pun mulai menyusut. Menyusul gagal panen petani garam di berbagai lokasi di Jepara seperti Kedung, Panggung, dan Pantai Kartini. Dalam sepekan, Adi menyuplai garam Jepara ke Pasar Induk Legi Solo sebanyak tiga kali. Banyaknya 10 ton per sekali kirim.

"Di Jepara yang nimbun-nimbun garam di gudang, pengusaha-pengusaha kaya itu juga sudah kehabisan, kalau tidak ada impor jadinya krisis. Apalagi bagi pengusaha tekstil yang membutuhkan garam, juga peternak sapi untuk campuran pakannya itu sekarang kebingungan juga," kata Adi.

Sedang Kemi (50 tahun) penjual garam eceran di Solo hanya berharap harga garam impor dapat lebih murah dari harga garam lokal saat ini. Sebab sejak naiknya harga garam, dia juga sering mendapatkan keluhan dari pembeli.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement