REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2018 sebesar 6,1 persen. Target tersebut dinilai berat untuk dicapai.
"Saya dengar pemerintah mau mengupayakan pertumbuhan ekonomi 2018 ke 6,1 persen. Terus terang kita agak pesimistis, karena daya dorongnya masih belum ada," ujar Chief Economist and Executive and Executive Director of Mandiri Institute Anton Hermawan Gunawan, di Jakarta, Senin, (6/3).
Hal itu dapat dilihat dari sisi permintaan dan penawaran. Perbaikan harga komoditas dianggap dapat meningkatkan net ekspor, padahal disaat yang sama saat perekonomian mulai meningkat, net impor juga akan meningkat.
Maka menurutnya, neraca pembayaran (balance of payment) harus diperhatikan agar tetap positif. Konsumsi swasta misalnya, ada sedikit perbaikan yang merupakan efek perbaikan harga komoditas.
Lihat juga: Ketimpangan Ekonomi di Indonesia Semakin Melebar, Ini Buktinya
Anton menjelaskan, salah satu daya dorongnya adalah pada investasi belanja atau spending. Hanya saja besarannya tidak dalam keseluruhan investasi tidak terlalu besar. "Potensi ada, misal logistik walau ada hambatan tapi sudah meningkat karena didorong oleh kebijakan pemerintah," katanya menambahkan.
Dari sisi sektoral pun menurutnya mulai memperlihatkan optimisme. Sektor pertanian dan otomotif dinilai bisa memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi.