Senin 06 Mar 2017 19:32 WIB

BPBD DIY Imbau Masyarakat Waspadai Lahar Hujan

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Fernan Rahadi
Bekas lahar hujan yang mengalir di Kali Gendol, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta,
Foto: antara
Bekas lahar hujan yang mengalir di Kali Gendol, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta,

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Puncak musim hujan diperkirakan masih akan terus berlangsung hingga beberapa pekan ke depan. Kondisi ini memunculkan potensi terjadinya lahar hujan. Maka dari itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Krido Suprayitno meminta agar masyarakat mewaspadai fenomena tersebut. 

Salah satunya dengan menghindari daerah aliran sungai saat hujan turun. Apalagi jika hujan deras sedang berlangsung di puncak Merapi. "Kita tidak boleh lengah, karena sewaktu-waktu bisa terjadi lahar hujan," kata Krido. Maka itu, saat ini BPBD pun mengawasi lahar hujan melalui Early Warning System (EWS) yang terpasang di beberapa titik sungai.

 Menurutnya, segala aktivitas di kawasan sungai harus dihentikan jika EWS sudah berbunyi. Hal tersebut harus dilakukan untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa dan kerugian materiil. Ketentuan tersebut juga berlaku bagi para penambang di bantaran sungai. 

Sebab penambangan merupakan aktivitas yang terdampak langsung oleh bencana lahar hujan. Ditambah lagi, menurut Krido, akhir-akhir ini kegiatan penambangan mulai mengeruk tebing sungai dan pekarangan warga. Akibatnya badan sungai melebar dan aliran lahar hujan tidak terkontrol.

Namun demikian, Krido menilai kesiapsiagaan terhadap lahar hujan sudah cukup memadai. Apalagi saat ini banyak relawan dan komunitas tanggap bencana yang tersebar di Sleman. "Tapi komunikasi jadi faktor utama menentukan tindakan penanganan bencana," ujarnya.

Sementara itu, Bupati Sleman Sri Purnomo menjelaskan, kesiapsiagaan di wilayahnya sudah cukup baik. Ditambah lagi BPBD Sleman selalu berkoordinasi dengan BMKG untuk memprediksi cuaca.

Di sisi lain ia meminta agar masyarakat tetap waspada. Pasalnya kejadian lahar hujan sulit diprediksi. Namun kejadiannya dapat diantisipasi saat terjadi hujan lebat di kawasan puncak Gunung Merapi. "Semua warga di sekitar sungai yang berhulu Merapi harus lebih waspada. Terutama yang beraktivitas mengambil material di sungai," ujar Sri. 

Ia juga meminta agar masyarakat mengantisipasi angin kencang. Sebab Sleman memiliki potensi angin kencang yang tinggi. Kondisi ini terjadi lantaran letak geografis Sleman yang berupa cekungan dan dikelilingi perbukitan. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement