Selasa 07 Mar 2017 18:00 WIB

Hijrahnya Nabi Yakub

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Hijrah, ilustrasi
Hijrah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ya'kub adalah putra dari Nabi Ishaq AS. Ia merupakan kembaran dari Aish atau Esau. Keduanya sangat disayang oleh Ishaq. Namun, kedua anak Ishaq ini memiliki perangai dan tingkah laku yang sangat berlawanan. Ya'kub sangat ramah dan penyayang, sedangkan Aish memiliki sifat yang kurang terpuji.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, suatu hari Ishaq bermaksud mendoakan anaknya yang hari itu lebih dulu menemuinya. Mengetahui maksud Nabi Ishaq itu, konon Ibunya Ya'kub langsung memberitahukan hal itu. Dan, datanglah Ya'kub menemui ayahnya--Nabi Ishaq--untuk di doakan.

Sedangkan Aish justru tidak berada di tempat, sebaliknya ia malah pergi berburu. Namun, Aish kemudian mengetahui perihal Nabi Ishaq telah mendoakan Ya'kub. Karena itu, ia bermaksud mencelakakan Ya'kub.

Mengetahui niat jahat saudaranya itu, Ya'kub diperintahkan untuk segera mengungsi ke tempat pamannya di Harran, wilayah Irak. Maka, dari Yabus, Palestina, Ya'kub berangkat menuju Harran ke rumah pamannya yang bernama Laban.

Di Harran ini, setelah beberapa saat, Laban menikahkan Ya'kub dengan anaknya, yaitu Liya dan Rahel. Liya dan Rahel adalah saudara kandung. Ketika itu, belum ada syariat mengenai larangan menikah dua orang saudara. Sejak diutusnya Rasulullah SAW, umat Islam dilarang menikahi dua orang saudara sebelum salah seorang di antara mereka meninggal dunia. Lihat penjelasan ini dalam surah an-Nisaa` [4]: 23.

''Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.''

Dari Liya lahir enam orang putra, sedangkan dari Rahel lahir dua orang anak laki-laki, yakni Yusuf dan Bunyamin. Adapun dua istri Ya'kub lainnya, yakni Balha dan Zulfa yang masing-masing menurunkan dua orang anak, adalah hamba sahaya (budak) dari kedua istri pertama, sebagai hadiah dari paman Ya'kub, Laban, yang juga mertuanya.

Setelah beberapa tahun di Harran, suatu daerah yang berdekatan dengan Fadam Aram, Nabi Yakub kembali ke Yabus atau Kanaan (Palestina), tempat ayahnya Ishaq. Ia membawa serta seluruh anak-anaknya. Dan, ke-12 anak-anak Nabi Ya'kub inilah yang dipercaya sebagai awal mula pembagian kaum Yahudi dalam 12 golongan. Termasuk, dalam kisah Nabi Musa AS saat ia memukulkan tongkatnya ke sebuah batu dan tiba-tiba memancarlah 12 mata air (uyun Musa) yang dibagikan kepada 12 kelompok kaum Yahudi.

Sebelum tiba di Kanaan, Ya'kub sempat menyinggahi Damaskus, untuk beristirahat. Selanjutnya, ia meneruskan perjalanan menuju Kanaan, dan akhirnya menetap lama. Di Kanaan atau Yabus inilah, peristiwa penting yang dialami Nabi Yusuf, yakni ia dikucilkan oleh saudara-saudaranya, yang memasukkannya ke dalam sumur hingga akhirnya ditemukan oleh kafilah dari Mesir dan membawa Yusuf ke Mesir untuk dijual.

Perpisahan Ya'kub dengan Yusuf, putra yang paling disayanginya, meninggalkan luka mendalam pada diri Ya'kub. Hingga ia terus menangis dan akhirnya buta. Atas izin Allah, Yusuf yang kemudian menjadi bendaharawan Mesir, berhasil menyembuhkannya. Dan ketika kembali bertemu dengan Yusuf di Mesir, Ya'kub pun bersuka cita. Ia menumpahkan semua kerinduannya pada Yusuf.

Setelah beberapa lama di Mesir, Ya'kub kembali ke Palestina, tepatnya di Hebron, hingga wafatnya. Menurut sejumlah riwayat, Ya'kub dimakamkan berdampingan dengan makam Nabi Ishaq (ayahnya) dan Nabi Ibrahim (kakeknya) di Kota Hebron (al-Khalil).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement