Selasa 07 Mar 2017 17:23 WIB

144 Kecamatan di Sumatra Barat Rawan Bencana Tanah Bergerak

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nur Aini
Tanah bergerak ilustrasi
Foto: Antara
Tanah bergerak ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Longsor di beberapa titik di Kabupaten Lima Puluh Kuto, Sumatra Barat (Sumbar) telah masuk dalam prediksi wilayah berpotensi gerakan tanah. Insiden banjir dan longsor di wilayah tersebut mengakibatkan enam korban meninggal dunia dan dua luka berat.

Sebanyak 144 kecamatan di wilayah 16 kabupaten/kota, Provinsi Sumbar berpotensi gerakan tanah dengan kategori menengah hingga tinggi pada Maret 2017. Data tersebut dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebagai peringatan dini kepada pemerintah daerah setempat. "Kategori menengah mengacu pada kondisi di suatu daerah yang memiliki potensi menengah terjadi gerakan tanah yang disebabkan oleh curah hujan di atas normal, terutama pada daerah berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (7/3). Sementara itu, kategori tinggi mengacu pada kondisi dengan curah hujan di atas normal dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Ke-16 kabupaten/kota yang tergolong dalam kategori menengah dan menengah hingga tinggi yakni Solok, Solok Selatan, Kota Solok, Agam, Kota Bukittinggi, Padang Pariaman, Kota Padang, Kota Sawahlunto, Sijunjung, Dharmasraya, Lima Puluh Kuto, Tanah Datar, Pasaman Barat, Pasaman, Pesisir Selatan dan Kepulauan Mentawai. Dari 144, sekitar 69 kecamatan di 16 kabupaten/kota tersebut yang tergolong menengah hingga tinggi.

Beberapa lokasi di Kabupaten Lima Puluh Kuto, seperti di Kecamatan Kapursembilan dan Bukitbarisan tergolong pada kategori menengah hingga tinggi. Dilihat dari prakiraan cuaca pada 4 dan 5 Maret 2017 wilayah seputar Provinsi Sumbar hujan lebat. Di sisi lain, BWS Sumatra I merilis data beberapa kabupaten di Sumbar termasuk wilayah rawan banjir pada tanggal tersebut, seperti Lima Puluh Kuto yang masuk kategori sangat rawan banjir. 

Sementara itu, BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bahaya terkait hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, angin puting beliung. Hal ini mengingat puncak musim hujan hingga April 2017. "BNPB mengharapkan semua stakeholder BPBD setempat untuk bersinergi untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat yang tingga di wilayah rawan bahaya, khususnya pada situasi musim hujan ini," kata Sutopo.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement