REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- PT Krakatau Steel (Persero) Tbk berhasil meraih laba operasi 4,39 juta dolar AS untuk tahun buku 2016, setelah dalam kurun waktu beberapa tahun sebelumnya mengalami kerugian akibat tekanan harga baja dunia.
"Harga baja dunia sudah mulai membaik seperti produk Baja Lembar Panas/Hot Rolled Coil (HRC) harganya mulai menguat mencapai 509 dolar AS per ton per Desember 2016. Penjualan HRC yang menguasai pasar 64 persen nasional ini naik 29 persen menjadi 1,1 juta ton tahun 2016," kata Direktur Utama PT Krakatau Steeel (Persero) Tbk, Sukandar di Karawaci, Tangerang, Selasa (7/3).
PT Krakatau Steel (KS) meraih laba operasi 4,39 juta dolar AS, sedangkan untuk tahun 2015, 2014, dan 2013 perseroan mengalami kerugian 183,5 juta dolar AS, 70,9 juta dolar AS, dan 1,1 juta dolar AS. Direktur Keuangan KS Tambok P Setyawati S menganggap kinerja keuangan 2016 paling bersinar, setelah tahun-tahun sebelumnya mengalami kerugian, meskipun ke depannya pekerjaan rumah yang dihadapi juga tidaklah mudah.
Tambok mengatakan, perusahaan berhasil meraih kenaikan pendapatan bersih Rp1,73 persen menjadi 1,3 miliar dolar AS pada tahun 2016 sebagai akibat meningkatnya volume penjualan 15,25 persen menjadi 2,2 juta ton. Sedangkan disisi lain perusahaan berhasil menekan beban pendapatan 12,43 persen menjadi 1,2 miliar dolar AS dan biaya produksi turun 18,43 persen.
Kinerja positif ini memberikan dampak kepada arus kas yang sebelumnya defisit 91,93 juta dolar AS, mengalami perbaikan menjadi positif 67,21 juta dolar AS pada tahun 2016. "Kalau arus kas terus positif akan memberikan memudahkan kerja perusahaan ke depannya," ujar Tambok.
Lebih jauh Sukandar berharap menguatnya harga baja dunia akan terus berlangsung ke depannya, kalau saja harga HRC bisa mencapai 700 dolar AS per ton tentunya akan semakin meringankan kerja perseroan. Perbaikan kinerja Perseroan juga diiringi dengan terealisirnya sejumlah proyek strategis yang sudah mulai beroperasi seperti PT Krakatau Osaka Steel yang memproduksi baja tulangan, baja profil dan flat bar untuk industri otomotif, telah beroperasi dan sudah mengirimkan produk perdananya pada 31 Januari 2017.
Pabrik baja tulangan dan profil yang berkapasitas 500 ribu ton per tahun ini akan memproduksi 200 ribu ton baja di tahun 2017, setelah itu akan menjalankan kapasitas penuh pada tahun 2018. Kemudian Nippon Steel Metal Corporations, PT Krakatau Nippon Steel Sumikin yang akan memproduksi baja lembaran juga untuk industri otomotif nasional, sudah mencapai 76,31 persen dari progress pembangunannya dan ditargetkan akan selesai pada pertengahan tahun 2017.
Sementara progress pembangunan Pabrik Blast Furnace telah mencapai 98,60 persen di mana diharapkan produksi uap dari boiler serta produksi kokas (first pushing) akan terlaksana di bulan Maret ini dan selanjutnya pabrik Sinter akan siap beroperasi.