Rabu 08 Mar 2017 15:56 WIB

Dewi Savitri Wahab, Konjen Perempuan RI Pertama di Melbourne

Dewi Savitri Wahab, Konsulat Jenderal perempuan RI pertama di Melbourne.
Foto: ABC
Dewi Savitri Wahab, Konsulat Jenderal perempuan RI pertama di Melbourne.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Dewi Savitri Wahab tercatat sebagai Konsulat Jenderal RI perempuan pertama untuk negara bagian Victoria dan Tasmania, Australia yang berbasis di kota Melbourne. Ia menceritakan kisah dan tantangannya sebagai perempuan di dunia diplomasi.

Dewi lahir di kabupaten Ngawi, Jawa Timur, tapi di usia tiga tahun ia diangkat menjadi anak oleh sepupu dari ayah kandungnya. Dewi kemudian dibawa dan dibesarkan di Jakarta.

Di ibu kota, ia mendapat kesempatan bersekolah di perguruan Tarakanita dari SD sampai SMA, sebelum meneruskan ke Universitas Indonesia dengan mengambil jurusan Bahasa Inggris. Keinginannya menjadi seorang diplomat muncul, setelah ia melihat tantenya yang lain.

"Saya melihat kehidupan dia sangat menarik karena mendapat penugasan berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain, jadi saya ingin mengikuti jejaknya," kata Dewi saat ditemui produser ABC Erwin Renaldi di Wisma Nusantara Melbourne.

Sebelum bergabung dengan Kementerian Luar Negeri, Dewi sempat beberapa tahun bekerja sebagai wartawan di harian berbahasa Inggris, The Jakarta Post. "Baru setelah masuk ke Kemenlu, saya juga merasa ingin untuk lebih memperkenalkan Indonesia ke tingkat dunia," katanya.

Tantangan perempuan di dunia diplomatik

Dewi mengaku perjalanan kariernya di bidang hubungan internasional mulai meningkat sekitar 2000. Saat itu, Dewi dipercaya menjadi perwakilan tetap Indonesia untuk PBB di Jenewa dan New York. Tetapi, di awal kariernya inilah ia mengatakan menghadapi sejumlah tantangan yang dihadapi, terutama saat dirinya mendapat penugasan dan penempatan di luar negeri.

"Ketika kami ditugaskan di New York, anak-anak mulai Sekolah Dasar (SD), mereka perlu mendapat perhatian untuk membuat pekerjaan rumah, kegiatan ekstrakurikuler, dan sering kali saya tidak ada di samping mereka."

"Beruntung, suami saya Pak Wahab ikut membimbing dan merawat anak-anak saya," kata Dewi.

Dari pernikahannya dengan Syahrir Wahab, ia mendapat dua anak. Sementara Wahab yang merupakan salah seorang pendiri majalah Tempo tersebut membawa enam orang anak dari pernikahan sebelumnya.

"Tapi sejujurnya ada perasaan bersalah saat saya tidak bisa sepenuhnya merawat mereka, walaupun saya terus berupaya sedemikian rupa untuk menyeimbangkan tugas sebagai ibu rumah tangga."

Kakak kandung dari model dan aktris Ratih Sanggarwati ini mengaku ada waktunya saat ia harus lebih memprioritaskan pekerjaan. Tapi seringkali juga ia menyesuaikan pekerjaannya, terutama di saat anak-anak membutuhkannya. "Semua perempuan ingin besarkan anak-anak dengan baik dan mereka ingin melihat kita sebagai ibu yang baik," ujarnya.

Di luar rumah tangganya, Dewi mengaku harus banyak belajar saat berkarier di bidang yang sangat didominasi kaum pria.

"Banyak tantangannya, terutama soal kepercayaan diri. Kita, perempuan Indonesia tidak mendapatkan pendidikan yang merata untuk menjadi percaya diri. Budaya kita mengatakan kita tidak bisa sampaikan sesuatu dengan ekspresi dan pandangan yang terlalu vokal," katanya.

"Saya malah belajar dari male dominated society ini dan pelan-pelan saya menyadari kalau sebenarnya saya memiliki kepercayaan diri, kita hanya harus belajar substansi dan menyampaikannya secara meyakinkan"

Dari berbagai pengalamannya menangani topik-topik yang berkaitan dengan hubungan multilateral, Dewi diberikan kepercayaan sebagai kepala perwakilan Indonesia di Victoria dan Tasmania pada Oktober 2014.

Penugasan ini tidak menjadikan Dewi sebagai Konjen RI perempuan pertama di Melbourne, tapi juga menjadi penugasan pertama bagi dirinya di bidang bilateral.

Dewi mencatat ada 17.500 warga Indonesia dan 3.500 mahasiswa Indonesia di Victoria. Sementara di Tasmania, terdapat 200 warga Indonesia dan sekitar 20-30 mahasiswa Indonesia.

"Saya mencoba mempererat hubungan masyarakat Indonesia di Melbourne dan Victoria. Saya dan rekan-rekan juga meningkatkan hubungan antar warga dua negara, hubungan ini menjadi landasan saat ada masalah sesulit apapun, sehingga bisa dikurangi dan menjadi lebih baik."

"Hubungan ekonomi dengan Victoria dan Tasmania juga meningkat... tapi saya tidak bisa mencapai semua ini tanpa kerja kerja dari teman-teman di KJRI Melbourne," ujarnya.

Tonton wawancara Australia Plus Indonesia dengan Ibu Dewi Savitri Wahab lewat video berikut ini.

Pilihan jadi ibu rumah tangga atau berkarier

Dewi, lulusan master hubungan internasional di Monash University di Melbourne, mengaku masih memegang nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tuanya. Salah satunya adalah bekerja keras. "Hidup ini tidak mudah, jadi kalau kita mendapatkan sesuatu harus dengan kerja keras," katanya.

Dewi mengaku kerja keras ini dibuktikan dengan pencapaian karir di bidang yang ditekuninya dan saat mengurus rumah tangga. Ia tidak terlalu mempersoalkan mana yang lebih baik apakah menjadi ibu rumah tangga atau berkarir.

Menurutnya menjadi ibu rumah tangga adalah tugas yang berat, karena membesarkan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, khususnya di jaman yang semakin banyak tantangannya.

"Perempuan itu bisa menjadi bagian solusi dan berkontribusi bagi pembangunan Indonesia. Jadi apapun pilihanya, baik sebagai ibu rumah tangga, perempuan karir, atau memilih menjadi keduanya, kita melakukan tugas dan pilihan itu dengan bertanggung jawab," katanya.

Simak kisah-kisah inspirasi dari perempuan lainnya melalui situs australiaplus.com/indonesian dan bergabung bersama komunitas Australia Plus Indonesia di Facebook.com/AustraliaPlusIndonesia.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/sosok/konjen-ri-pertama-di-melbourne/8335656
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement