Kamis 09 Mar 2017 01:02 WIB

Kementan Ungkap Bukan Iklim Penyebab Harga Cabai Rawit Selangit

Red: Nur Aini
Penjual cabai rawit merah menunggu pembeli di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Kamis (26/1). Harga cabai rawit merah ditempat itu dijual Rp 110 ribu per kg. Para pedagang mengaku, harga cabai rawit merah masih akan tinggi karena kurangnya pasokan.
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Penjual cabai rawit merah menunggu pembeli di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Kamis (26/1). Harga cabai rawit merah ditempat itu dijual Rp 110 ribu per kg. Para pedagang mengaku, harga cabai rawit merah masih akan tinggi karena kurangnya pasokan.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON --  Direktorat Jendral Hortikultura Kementerian Pertanian menyebut tingginya harga cabai rawit di pasar yang mencapai lebih dari Rp 120 ribu  per kilogramnya diakibatkan adanya ulah pengepul besar.

"Harga cabai rawit yang mengalami kenaikan itu karena ulah pengepul besar, di mana mereka menjual membeli cabai rawit dengan harga tinggi, begitupun dengan harga jualnya ke pada perusahaan yang sudah bekerja sama," kata Dirjen Hortikultura Kementan Spudnik Sujono Kamino di Cirebon, Rabu (8/3).

Ia menuturkan harusnya pengepul membeli dengan harga yang wajar. Menurutnya petani sudah senang jika cabai dibeli dengan harga sekitar Rp 40 ribu per kilogram.

Sujono juga menjelaskan, akibat dari ulah pengepul tersebut kebutuhan produksi cabai untuk pasar menjadi berkurang. Hal ini karena tak sedikit produksi cabai rawit yang diborong oleh perusahaan guna memenuhi kebutuhan industri. "Yang ke pasar berkurang dan ini harus ada kordonasi dengan petani, agar harganya wajar," ujarnya.

Menurutnya pengaruh iklim itu tidak signifikan dalam mempengaruhi harga cabai rawit. Jika iklim menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi harga, maka sejumlah produksi pertanian lainnya seperti, cabai hijau, kriting dan merah semestinya mengalami kenaikan. "Iklim memang ada pengaruh, tapi itu tidak terlalu, karena cabai jenis lain juga harganya malah ada yang turun," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement