Kamis 09 Mar 2017 00:39 WIB

Menguak Hijab Jadi Mesin Uang Baru Industri Fesyen Dunia

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nur Aini
Anniesa Hasibuan membawakn koleksi busana Muslim dengan potongan modern serta teknik batik dan ikat printing untuk dipamerkan di New York Fashion Week.
Foto: dok Aldi Photo
Anniesa Hasibuan membawakn koleksi busana Muslim dengan potongan modern serta teknik batik dan ikat printing untuk dipamerkan di New York Fashion Week.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sikap dan aksi anti-Muslim kembali muncul pasca-peristiwa 11 September dalam berbagai hal, dari xenofobia hingga pelarangan Muslim masuk wilayah AS. Terlepas dari itu semua, simbol Islam, kerudung atau hijab, jadi industri sendiri dalam fesyen.

Selamat datang hijab chic, istilah bagi Muslimah muda yang tetap gaya dengan hijabnya. Tak seperti dulu, Muslimah berhijab saat ini tampil lebih gaya dengan gaya busana terkini yang juga menantang Barat untuk membuktikan hijab sebagai pengekang perempuan.

Merek-merek kenamaan dunia mulai melirik, dari Nike, H & M, hingga Dolce & Gabbana dengan menampilkan koleksi modest fashion. Model-model Muslimah juga dimunculkan dengan hijab mereka. Bahkan dua pekan lalu, para perancang busana berlomba menampilkan karya di London Modest Fashion Week.

Wakil Presiden Ogylvy Noor, Shelina Janmohamed. mengatakan, kontroversi soal busana Muslim mematikan potensi pasar yang bisa diciptakan. ''Kasus burkini di Prancis dan politisasi Muslim benar-benar bisa menghancurkan kesempatan bisnis di sana,'' kata Janmohamed seperti dikutip Financial Times, Rabu (8/3).

Peluang bernama Generasi M yakni pasar konsumen muda Muslim tumbuh di bawah bayang-bayang peristiwa 11 September. Generasi ini relijius, moderen, dan memiliki jaringan yang baik. Merekalah tujuan bisnis merek-mereka besar dunia selanjutnya.

Hal itu juga terjadi dalam industri keuangan. Larangan bersentuhan dengan bunga riba jadi batasan tegas institusi keuangan Islam. Namun pada 1990an, banyak lembaga keuangan konvensional yang mulai menyelami dan mengembangkan produk sesuai syariah. Meski banyak yang menyebut produk keuangan syariah hanya berganti nama dari produk keuangan konvensional, industri ini tetap maju pesat dengan total aset mencapai 2 triliun dolar AS saat ini.

Bila prediksi Ogilny Noor benar tentang Generasi M, maka pasar dari fesyen hingga wisata halal punya ruang tumbuh. Berdasarkan laporan Thomson Reuters, belanja konsumen Muslim untuk pakaian diprediksi mencapai 243 miliar dolar AS pada 2015 dan akan mencapai 368 miliar dolar AS pada 2021.

Laporan itu juga menyebut keuntungan dari bisnis modest fashion wanita mencapai 44 miliar dolar AS pada 2015. ''Pakaiannya bisa jadi sederhana, tapi kesuksesannya luar biasa,'' tulis laporan itu.

Namun nampaknya, pasar Generasi M akan menghadapi peningkatan ketegangan. Kritik dari Muslim konservatif akan makin vokal dan mempersoalkan fesyen hijab dengan konsep kesederhanaan dalam berhijab.

Meski begitu, industri fesyen hijab masih punya harap. Melihat apa yang bisnis ini bisa lakukan, sedikit banyak mengubah pandangan Barat akan Islam dan Muslim.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement