Kamis 09 Mar 2017 11:37 WIB

Australia Terancam Kelangkaan Pasokan Gas

Konsumen gas di Australia akan merasakan dampak dari kelangkaan pasokan yang diperkirakan terjadi mulai tahun depan.
Foto: Flickr
Konsumen gas di Australia akan merasakan dampak dari kelangkaan pasokan yang diperkirakan terjadi mulai tahun depan.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Mulai tahun depan Australia terancam kelangkaan pasokan gas, yang juga menimbulkan risiko keamanan pasokan listrik di sejumlag negara bagian.

Penilaian yang dilakukan Australia Energy Market Operator (AEMO) memperingatkan tanpa adanya respon cepat, Australia bisa menghadapi pilihan sulit: antara menjaga daya dan memotong pasokan gas untuk pelanggan perumahan dan bisnis.

"Jika kita tidak melakukan apa pun, kita akan melihat terjadinya kekurangan pasokan gas, kita akan melihat kekurangan pasokan listrik," kata Chief Operating Officer AEMO Mike Cleary.

Alanisa ini menyebutkan tanpa pembangunan baru untuk menunjang pembangkit listrik tenaga gas, akan terjadi kekurangan pasokan antara 80 Gigawatt dan 363 Gigawatt dari musim panas 2018/19 sampai 2020/21.

Kelangkaan yang luas diperkirakan akan terjadi di New South Wales dan Australia Selatan, kemudian disusul Victoria tahun 2021, serta Queensland antara tahun 2030 dan 2036.

AEMO mengatakan kelangkaan ini akan melanggar standar ketersediaan, yaitu berupa pasokan setidaknya 99,99 persen dari kebutuhan listrik.

Laporan itu memperingatkan AEMO bisa dipaksa untuk mengurangi pasokan gas ke konsumen besar di musim dingin tahun depan demi mencegah kekurangan di Victoria dan Australia Selatan, kecuali upgrade pemipaan bisa diwujudkan segera.

Upgrade jalur pipa Selatan - Barat diperlukan untuk mengisi fasilitas penyimpanan gas bawah tanah di Iona, Victoria, yang digunakan memenuhi permintaan puncak di musim dingin.

Lebih banyak pemadaman

Laporan AEMO menjelaskan perpaduan energi di Australia menghadapi tantangan besar, menyusul ekspor gas alam cair (LNG) sekarang menjadi faktor dominan di wilayah timur Australia, produksi ladang gas yang menurun, dan permintaan listrik yang meningkat.

Laporan menyebutkan sejumlah pemerintah negara bagian melarang pengembangan gas di daratan dengan larangan atau moratorium.

"Untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik, NEM (national electricity market atau pasar listrik nasional) membutuhkan peningkatan produksi gas... atau implementasi cepat dari pembangkit listrik non-gas alternatif," demikian disebutkan dalam laporan itu.

"Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) diperlukan untuk memberikan fleksibilitas operasional, dengan meningkatkan dan menurunkan pasokan dengan cepat dalam memenuhi perubahan permintaan ketika pembangkit tenaga angin dan tenaga surya tidak tersedia," jelasnya.

"Risiko gangguan jangka pendek dari kebutuhan listrik akan meningkat bila tidak cukup (PLTG) yang tersedia dalam menambah pasokan dengan cepat untuk memenuhi permintaan," katanya.

Pemadaman listrik bergilir, ketika pelepasan beban diinstruksikan oleh AEMO, terjadi di Australia Selatan bulan lalu, karena pembangkit listrik tenaga gas tidak dapat beroperasi cukup cepat untuk membantu memenuhi permintaan saat terjadi cuaca panas.

AEMO juga mencatat Australia Selatan, yang mengalami pemadaman besar September lalu, kini sangat bergantung pada pembangkit listrik tenaga gas "untuk menjaga tingkat minimal yang diperlukan dalam mengelola frekuensi perubahan (permintaan - red.)."

"Pemadaman lebih luas mungkin terjadi, jika wilayah itu terpisah dari NEM lainnya," kata laporan itu.

Penilaian ini memperhitungkan penutupan Pembangkit Listrik Tenaga Batubara Hazelwood di La Trobe Valley, Victoria, pada akhir bulan ini, dan mengasumsikan sebagian pembangkit Pelican Point di Australia Selatan akan kembali beroperasi sebagai respon terhadap penutupan di Victoria.

Kedua pembangkit itu mayoritas sahamnya dimiliki perusahaan Prancis, Engie.

Pilihan sulit

Cleary mengatakan pilihan sulit bisa dialami Australia kecuali jika ada produksi gas baru. "Jika kita menggunakan gas untuk listrik, potensi kelangkaan berada pada pasokan kebutuhan rumahtangga dan industri. Jika kita menggunakannya untuk industri dan rumahtangga, kekurangannya pada pembangkit listrik," katanya.

"Tidak bisa lagi kita melihat gas dan listrik secara terpisah. Keduanya sekarang terintegrasi ke tahap dimana kita perlu perencanaan nasional untuk memahami bagaimana kita mengoperasikan bahan bakar ini ke depan, mengingat bahwa setiap keputusan yang kita buat terkait gas atau listrik akan berdampak pada yang lain," jelasnya.

AEMO mengatakan "tekanan kenaikan harga" akan terjadi, yang bisa "mengancam kemampuan keuangan beberapa pelanggan komersial dan industri".

Laporan itu mengatakan pasokan gas baru mungkin membantu ketersediaan dan keamanan energi, tetapi mungkin tidak banyak membantu dalam soal harga karena meningkatnya biaya produksi gas.

Apakah ada solusi?

AEMO mengatakan pihaknya berharap pembuat kebijakan dan pasar energi akan menanggapi laporan ini.

"Kita dapat mengarahkan beberapa LNG dari pasar internasional ke pasar domestik, dengan asumsi harga memungkinkan. Kita dapat meningkatkan produksi dari ladang gas yang ada. Kita dapat mengeksplorasi dan membangun ladang baru. Atau kita dapat melakukan investasi di pemipaan," kata Cleary.

"Jadi tersedia waktu dan opsi bagi pasar untuk menanggapi dan itulah yang kami inginkan dari laporan ini," katanya.

Diterbitkan Pukul 10:50 AEST 9 Maret 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/australia-terancam-kelangkaan-pasokan-gas/8338702
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement