REPUBLIKA.CO.ID, SARILAMAK, SUMBAR -- Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar), memperpanjang masa tanggap darurat bencana banjir dan longsor selama tujuh hari, dimulai dari 10 hingga 17 Maret 2017.
Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi saat konfrensi pers pada posko utama di Payakumbuh, Kamis (9/3) mengatakan masa tanggap darurat tersebut diperpanjang karena kondisi daerah itu setelah bencana masih cukup berat.
Ia mengatakan kondisi medan yang berbukit dan terjal membuat tim tidak dapat melaksanakan pendistribusian logistik serta memberikan bantuan dengan peralatan manual atau seadanya.
Kemudian keberadaan posko utama yang jauh juga menyulitkan untuk menjangkau nagari (desa adat) terisolasi sehingga membutuhkan banyak waktu.
Selain itu titik koodinat nagari yang terisolasi tidak akurat dan sulit dijangkau serta menyulitkan tim untuk pendistribusian logistik lewat jalur udara.
"Berdasarkan pertimbangan dari fakta-fakta yang ditemukan di lapangan pada wilayah-wilayah yang terdampak bencana, maka kami menetapkan masa tanggap darurat diperpanjang tujuh hari ke depan," kata dia.
Hal itu, dikarenakan pelayanan, kesehatan, sarana dan prasarana, penyedian air mimum, logistik dan sebagainya belum kembali normal.
Sementara Komandan Satgas Penanggulangan Bencana Banjir dan Longsor, AKBP Bagus Suropratomo mengatakan masih ada potensi gerakan tanah di sepanjang jalur Sumbar-Riau serta mengancam para pengendara yang melintas lokasi tersebut dan pemukiman warga.
Apalagi kondisinya perbukitan bergelombang dengan kasar dengan kemiringan 12 hingga 60 derajat. Sementara badan jalan raya terletak di tengah-tengah lereng dengan lebar tujuh sampai sepuluh meter.
Ia menyebutkan beberapa rekomendasi untuk meminimalisir longsor di jalur Sumbar-Riau diantaranya penataan dan pengendalian air permukaan dengan membuat saluran atau drainase di sepanjang jalan kedua daerah itu.
Kemudian juga perlu membuat penguat pada lereng tebing serta membersihkan material akibat bencana longsor tersebut. "Selain itu juga diperlukan kewaspadaan masyarakat, baik mereka melintas maupun yang tinggal di kawasan tersebut, apalagi dalam kondisi hujan," kata dia.
Sebelumnya pada Jumat dini hari bencana banjir melanda delapan kecamatan di Kabupaten Limapuluh Kota serta Longsor di jalur Sumbar-Riau dan menyebabkan akses kedua daerah lumpuh.
Akibat bencana tersebut ada tiga nagari yang terisolasi karena akses kesana putuh, untuk memberikan bantuan maka dilakukan dengan menggunakan jalur udara.